Judul:
Indonesia Menginspirasi
Penulis:
Ciptono Jayin
Terbit:
Juni 2013
Penerbit:
B-First (Bentang Pustaka)
Tebal:
xv + 160 halaman
ISBN:
9786027888289
Harga:
Rp. 36.000,-
Buku yang berada di
genggaman pembaca ini menyajikan inspirasi tiada henti bagi siapa saja yang
ingin meraih mimpi. Penulisnya, Ciptono Jayin, adalah anak desa yang dengan
keterbatasannya tetap berhasrat memupuk cita-cita setinggi mungkin. Dengan usaha
yang tidak setengah-setengah dan tanpa mengenal lelah, anak tersebut akhirnya berhasil
menggapai apa yang diinginkan. Lebih dari itu, orang lain pun juga merasakan
buah dari kerja kerasnya.
Bila merunut riwayat
hidupnya, Ciptono adalah sosok pejuang tangguh. Dalam mewujudkan cita-cita, ia
benar-benar merangkak dari nol. Bagaimana tidak? Penerima penghargaan Kick Andy
Heroes tersebut mulanya adalah pelajar dengan prestasi yang tidak terlalu memuaskan.
Menimba ilmu pada salah satu sekolah favorit di Yogyakarta tidak membuatnya
bangga, melainkan cenderung agak minder. Hal ini dikarenakan nilainya yang pas-pasan
dan selalu berada di bawah teman-temannya.
Namun demikian, ia tidak patah arang. Semangat
menggebu dan pantang menyerah, setelah lulus SMA, ia mendaftarkan diri ke Universitas
Gajah Mada (UGM) Jurusan Kedokteran. Hal ini berangkat dari cita-citanya sejak
kecil yang ingin mengkhidmatkan diri sebagai dokter. Di luar dugaan, ketika
pengumuman, ternyata namanya tidak muncul. Untungnya, pada saat yang sama, ia
juga daftar di IKIP Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Khusus dan namanya
tercantum dalam daftar mahasiswa baru yang diterima di kampus ternama tersebut.
Awalnya, Ciptono muda
merasa kecewa. Meskipun demikian, ia tetap bertahan untuk tetap belajar di jurusan
pendidikan. Rupanya, semakin hari ia semakin betah dan kerasan. Pasalnya, materi
di jurusannya memiliki keserupaan dengan mata kuliah kedokteran, mulai dari psikologi,
diagnostik ABK (anak berkebutuhan khusus), hingga anatomi. Ia pun menikmati masa-masa
kuliah dengan mengubur dalam-dalam keinginan menjadi dokter.
Setelah menjadi sarjana,
Ciptono mencoba peruntungan dengan menguji ijazahnya dalam perekrutan CPNS. Ia
pun lolos dan mendapat tugas di SLB C YPAC Semarang. Di masa-masa inilah
kegembiraannya bertambah, karena Tuhan menganugerahkan kepadanya istri yang
cantik bernama Uning.
Di sekolah tempat ia
mengabdikan diri, Ciptono sangat rajin menularkan bekal keterampilan dan kesenian
kepada para siswa. Ia berkeyakinan bahwa dalam diri anak-anak yang memang
‘berbeda dengan yang lain’ tersebut tersimpan bakat dan kelebihan. Itulah yang
menjadikannya berusaha semaksimal mungkin supaya apa yang terpendam dalam diri
mereka bisa tersalurkan. Tidak berhenti sampai situ. Di luar jam mengajar,
ketika semestinya beristirahat, ia bersama sang istri justru meluangkan diri mengajari
anak-anak di dekat rumahnya.
Perjuangan Ciptono
tidak selalu mulus. Sering kali ia dihadapkan pada faktor-faktor pengganjal
dalam menangani ABK. Bagaimana pun juga, mendidik ABK memerlukan tingkat kesabaran,
ketelatenan, serta kreativitas yang tinggi. Jika tidak, maka proses
belajar-mengajar hanya akan menemui kegagalan. Mengenai hal ini, ia mengaku, “saya
mencurahkan segala kreativitas saya agar siswa-siswi selalu ceria. Mereka sulit
sekali untuk menghafal angka maupun huruf. Berbekal dengan segala kreativitas, saya
selalu mengupayakan agar mereka menikmati belajar sambil bermain, dari
memodifikasi suatu pembelajaran sampai membuat nyanyian saat belajar. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika anak-anak selalu ceria, bersemangat, dan
tidak pernah bolos sekolah.” (halaman 86)
Seiring dengan
meningkatnya jumlah orang tua yang membutuhkan sekolah khusus bagi anak-anak
mereka, akhirnya Ciptono mendirikan lembaga pendidikan baru. Di luar kesibukannya
sebagai guru PNS dan pengajar les privat, ia menyempatkan diri untuk mengelola Sekolah
Intervensi Diri, sekolah yang berhasil ia dirikan dengan modal bantuan orang
tua.
Terwujudnya beberapa
target nyatanya tidak lantas membuat Ciptono puas. Ia tetap getol dalam
mengangkat talenta ABK. Di antaranya dibuktikan dengan memrakarsai Delly
Melodi, alumnus SLB Dria Adi, untuk melakukan pemecahan rekor MURI. Tak ayal,
kemampuannya dalam menyanyikan dan menghafal berbagai lagu serta memainkan
organ telah mengantarkannya sebagai ‘tunanetra yang hafal dan dapat menyanyikan
650 lagu’.
Apa yang dicapai
Ciptono menyebabkan beberapa pihak menaruh kepercayaan kepadanya. Tidak sampai
lima tahun jumlah murid di sekolahnya bertambah pesat dan melalui Dinas
Pendidikan, 34 guru PNS ditugaskan di sekolahnya. Beberapa toko kain menyumbang
kain perca, Bank Indonesia memberi bantuan ratusan tanaman buah, Dinas
Pertanian juga turut berpartisipasi. Dengan adanya kepercayaan tersebut,
berkembanglah kewirausahaan di sekolah yang dirintisnya. Mulai dari produk roti
sederhana, produk tata boga, cuci motor, bengkel, hingga salon kecantikan, masing-masing
mempunyai pelanggan sendiri. Belum lagi dengan organ tunggal yang kerap
mendapat undangan untuk mengisi acara pernikahan, peresmian gedung, seminar dan
jalan sehat. (halaman 108)
Keseriusan Ciptono dalam
mendidik ABK menyebabkan dirinya dipercaya sebagai motivator dan trainer di
beberapa sekolah bahkan perusahaan ternama. Ia pun terbiasa mengisi acara, seminar,
serta workshop di pelbagai kota di Indonesia.
Nama Ciptono mulai
melambung. Profilnya berulang kali menghiasi media, baik koran maupun televisi.
Sungguh pun demikian, dengan meroketnya namanya, Ciptono tidak lantas
menyombongkan diri. Bahkan, ia ingin berbagi dan menularkan keberhasilannya
dengan menggagas Indonesia Menginspirasi, sebuah program yang bertujuan
memberikan inspirasi bagi semua orang.
Dari program ini,
muncullah ide tentang Rumah Inspirasi, yang merupakan sarana bagi ABK agar
dapat mengeksplorasi potensi yang ada dalam diri mereka. Ciptono membangun 33
Rumah Inspirasi. Di antaranya: panggung pentas, Kelompok Karawitan Tunanetra, Band Autis Pertama di Dunia, Band Tunagrahita, Tunanetra Hafal 650
Lagu, Autis Hafal 250 Lagu, dan Autis Hafal Al-Qur’an. Rumah-rumah inspirasi
tersebut siap menyebarkan virus inspirasi bagi siapa saja yang mengunjungi.
Apakah Anda termasuk di antara mereka yang terinspirasi?