Perpustakaan merupakan sumber yang didayagunakan untuk menggayung percikan pengetahuan. Di dalamnya tersimpan berbagai ragam khazanah keilmuan yang leluasa mengentas umat manusia dari lembah kebodohan dan ngarai ketidaktahuan. Koran, buku, majalah, manuskrip, serta lembaran-lembaran lainnya mendermakan secercah cahaya yang dapat menolong anak Adam dari jurang kegelapan dan kehancuran.
Buku-buku yang tersedia di perpustakaan merupakan jendela dunia yang mengantarkan para pembaca ke cakrawala pengetahuan tak berhingga, sehingga mereka mengetam apa yang sebelumnya tidak diketahui juga terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari. Wawasan yang dimiliki seseorang akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya buku yang dipelajari. Ide-ide cemerlang dan brilian akan lahir, karena apa yang ditawarkan dari buku-buku yang dibaca mempengaruhi cara berpikir serta mengambil keputusan. Tak heran, jika muncul negara-negara besar sebab didorong oleh budaya membaca yang mengakar.
Sebagai contoh Jepang. Negara yang berjuluk Negeri Sakura tersebut mampu menyaingi Amerika Serikat atau Eropa berkat adanya minat membaca yang kuat. Kecanduan Jepang dalam membaca patut menjadi teladan bagi negara-negara lain. Tak jarang, di tempat-tempat umum orang-orang Jepang membawa buku, komik, koran atau majalah. Ketika bepergian, bekal utama yang diselipkan dalam koper atau tas ransel adalah bahan bacaan. Tujuannya tiada lain adalah untuk menambah wawasan atau sekadar menghindarkan diri dari kepenatan.
Merujuk pada Koran Tempo (6 Mei 2001), membaca digunakan Jepang sebagai cara paling tepat dan efektif dalam rangka memulihkan keadaan negerinya yang gagal dalam Perang Dunia II. Pada waktu itu, tanah Hiroshima dan Nagasaki porak-poranda akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat. Dengan bermacam pertimbangan, akhirnya Jepang membangun kembali negerinya dengan memasukkan ratusan bahkan ribuan buku dari luar, menerjemahkannya, lalu menganjurkan masyarakatnya untuk terus membaca. Hasilnya sungguh luar biasa. Hanya dalam rentang waktu kurang dari 30 tahun, Jepang mampu bangkit menjelma negara yang powerful dalam bidang ekonomi dan teknologi serta disegani di seantero semesta.
Dari sini, timbul hipotesa bahwa tinggi-rendahnya peradaban suatu bangsa di antaranya bisa dicermati dari sedikit banyaknya para penggandrung buku dan perpustakaan di dalamnya.
Sudah begitu banyak bukti mengurai bahwa perpustakaan sebagai salah satu sarana dalam rangka mengangkat harkat manusia sebagai makhluk berpikir (hayawan nathiq) yang turut serta mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang universal. Peradaban sebuah bangsa akan tumbuh berkembang dengan didirikannya banyak perpustakaan.
Perpustakaan kampus yang menyajikan beraneka bahan bacaan akan menggenjot minat belajar dan laju keingintahuan (curiosity) mahasiswa. Efek positifnya, angka ketidaktahuan mahasiswa bisa ditekan. Sedangkan tingkat kepandaian mahasiswa akan menunjukkan grafik yang signifikan. Oleh sebab itulah, memberdayakan perpustakaan kampus sama saja mengajak mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri dalam proses berpikir yang terus menerus dan berkelanjutan.
Mendirikan Perpustakaan Ideal di Kampus
Untuk menyemarakkan perpustakaan kampus sebagai pusat bergumulnya pecinta ilmu pengetahuan, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan tidak setengah-setengah. Harus ada langkah-langkah riil yang diambil secara terencana, teratur, dan berbasis tujuan. Dengan demikian, apa yang dicita-citakan akan terealisir dengan mudah. Bagaimanapun juga, proses atau tahapan yang dilalui dengan asal-asalan akan membuahkan penyesalan dan menuai hasil yang kurang memuaskan.
Hal pertama yang dilakukan yaitu menumbuhkan kesadaran mahasiswa atas pentingnya membaca dan mengunjungi perpustakaan kampus sejak dini. Ini digencarkan dengan adanya sosialisasi aktif melalui seminar, lokakarya, juga forum-forum lain yang melibatkan mahasiswa. Pun dengan penyebaran pamflet dan spanduk. Langkah ini ditujukan untuk menginformasikan kepada mahasiswa bahwa membaca memiliki banyak manfaat, antara lain: memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar (sesuai situasi atau konteks pembicaraaan), mengajak untuk berinstrospeksi diri dan mengevaluasi nilai, perasaan, dan hubungan dengan orang lain, selain itu juga menjauhkan diri dari penyakit lupa dan menunda kepikunan. Dengan mengunjungi perpustakaan kampus, akan memudahkan mahasiswa memetik manfaat-manfaat tersebut.
Hal kedua yaitu memperhatikan perpustakaan kampus yang sudah ada. Perpustakaan yang sepi pengunjung dan kurang mendapat tempat di hati mahasiswa seharusnya diperbaiki dan dibenahi secara bertahap. Jangan sampai perpustakaan yang ada dibiarkan amburadul, tak terawat, kotor, dan tampak seram, sehingga menyebabkan mahasiswa enggan berkunjung. Perpustakaan kampus yang comfortable serta memiliki mode dan desain bangunan yang menarik pasti memancing mahasiswa untuk mendekatinya. Dengan begitu ada harapan besar perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan, bahkan mengalahkan tempat-tempat lainnya yang hanya menawarkan kesenangan sementara.
Hal ketiga yaitu pembangunan perpustakaan yang digalakkan pihak rektorat secara besar-besaran disertai dengan melimpahnya bahan bacaan di dalamnya. Tentu, bagi kampus yang belum mempunyai perpustakaan. Ini dinilai lebih bermanfaat daripada menghambur-hamburkan rupiah untuk memperluas taman di depan kampus ataupun membuat pagar kampus tinggi menjulang. Bukan tidak penting membuat kampus terlihat megah dengan beberapa unsur pendukungnya. Akan tetapi, gedung perpustakaan yang digunakan untuk memperkaya wawasan mahasiswa lebih mendesak untuk dibangun, karena menyangkut kebutuhan mahasiswa untuk selalu mengasah pikiran dan melakukan dialektika terhadap wacana yang bertebaran. Dan itu bisa dilaksanakan di antaranya dengan menyelami berbagai referensi yang ada di perpustakaan kampus.
Perpustakaan mewah yang menampung ribuan bahkan jutaan referensi akan terhindar dari kesan pemborosan dan berlebihan. Hal tersebut justru menandakan bahwa pihak rektorat mempunyai respon yang cukup tinggi terhadap kemajuan mahasiswanya. Dengan pembangunan perpustakaan tersebut, terdapat indikasi kuat yang menyebutkan bahwa pihak rektorat memperhatikan masa depan mahasiswa.
Hal terakhir yang perlu diemban yaitu mempelajari lebih dalam profil perpustakaan-perpustakaan berkaliber dunia sekaligus menggali rahasia mengapa perpustakaan-perpustakaan tersebut merengkuh kesuksesan dan selalu dikenang sejarah. Kemudian yang terpenting adalah mengaplikasikannya pada perpustakaan kampus yang akan dibangun ataupun yang hanya mengalami perombakan. Mulai dari manajemen, pelayanan, fasilitas, sirkulasi referensi, pemilihan tema bacaan, dan lain sebagainya.
Dengan dilaksanakannya langkah-langkah di atas, diharapkan lahir perpustakaan ideal yang mampu membangkitkan hasrat mahasiswa untuk senantiasa menghiasi kehidupan dengan bergelimangnya pengetahuan, sehingga kelak timbul peradaban yang adiluhung dan gilang-gemilang.
Yogyakarta, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar