Judul:
Rp 3 Juta Keliling China Utara
Penulis:
Rahma Yulianti
Terbit:
Januari 2013
Penerbit:
B first
Tebal:
224 halaman
ISBN:
978-602-8864-71-8
Harga:
Rp. 39.000,-
Bagi Anda yang tertarik
menikmati pesona China Utara dengan biaya murah, maka buku ini dapat menjadi
pemandu sekaligus sahabat terbaik dalam perjalanan. Tidak hanya menunjukkan
loka wisata mana saja yang layak dikunjungi, namun juga membocorkan aneka ragam
tips agar perjalanan bisa lebih nyaman, rileks, dan tanpa perlu memusingkan
pembiayaan.
Ialah Rahma Yulianti.
Lulusan Universitas Indonesia (UI) Jurusan Arsitektur yang bersedia meluangkan
waktu untuk berbagi pengalaman melalui buku yang ditulis. Kegemaran backpacking jurnalis salah satu tabloid
arsitektur di Jakarta tersebut rupanya mengilhaminya untuk mengabadikan
pengalaman ketika berkelana ke luar negeri. Yang menarik dari catatannya yang
telah dibukukan yaitu tawaran bagi para backpacker
untuk mengelilingi China Utara dengan harga di bawah normal. Inilah yang
membuat karya perempuan yang melakukan backpacking
pertama kali pada 2005 tersebut berbeda dengan karya-karya lain yang sejenis.
Buku ini tidak melulu
menyajikan panduan mengenai rute transportasi kawasan yang dituju, namun juga
daftar restoran penyedia makanan halal; kosakata simple yang wajib di ketahui; info penginapan, belanja, dan contoh itinerary; dan yang terpenting adalah
rincian biaya keseluruhan dengan harga hemat dan akurat. Jadi, bagi Anda yang
menginginkan bepergian ke China Utara dengan biaya super irit, maka buku ini bisa
menjadi solusi yang tepat. Apalagi, pengalaman penulis dalam hal berkelana
dengan dana terbatas sudah tidak diragukan lagi. Hal ini tidak terlepas dari
kegandrungannya berburu tiket murah guna menelusuri keindahan dan keelokan
kota-kota besar di dunia.
Di antara yang
direkomendasikan untuk dikunjungi yaitu Ancient Cultural Street. Ialah jalan sepanjang
0,36 mil yang dibangun dengan meniru konsep kawasan kota lama Tianjin.
Bangunan-bangunan di sana tersusun dari batu bata berwarna abu-abu, beratap
lengkuh khas China, dan berpintu merah. Jalannya dilapisi dengan conblock, mirip setting film-film China zaman dahulu. Jalan ini digunakan untuk
memborong oleh-oleh khas China atau mencicipi makanan ala China. Jika Anda
berkunjung pada 23 Maret, tempat ini akan berhias ribuan lampion dan diramaikan
dengan pertunjukan barongsai (halaman 33).
Tempat lain yaitu
Forbidden City yang sekarang berganti nama Palace Museum. Pembangunannya
dimulai pada 1406 dan pernah dijadikan istana oleh 24 kaisar. Alasan kenapa
dulu dinamakan Forbidden City yaitu karena tempat ini pada zaman dulu pernah
terlarang bagi orang luar. Tanpa seizing kaisar, siapa pun dilarang keluar-masuk
di tempat ini. Apabila terbukti melanggar, maka hukumannya adalah mati.
Forbidden City terdiri atas banyak bangunan dengan berbagai fungsi berbeda, seperti
ruang tunggu, ruang upacaran juga ruang ganti baju kaisar (halaman 86). Dengan
demikian, tempat ini penuh dengan nuansa kesejarahan yang kental. Maka, di samping
mengagumi kokoh dan megahnya bangunan-bangunan usang dengan konstruksi yang
monumental, tentu bagi yang berminat dengan historiografi, berkunjung ke tempat
bersejarah ini bukan hal yang patut ditawar lagi.
Informasi mengenai rute
transportasi ke Shanghai International Youth Hostel (Utels) oleh penulis
ditunjukkan pada halaman 123. Dengan menggunakan subway, Anda bisa sampai ke tempat tujuan dengan memulai perjalanan
dari bandara ke stasiun subway yang
berada di Lantai B1, lalu berhenti di Zhongsan Park. Kemudian bertukar ke line 3
atau 4, dengan tempo berkisar 30
menit.
Adapun restoran yang bisa
menjadi rujukan bagi orang-orang Islam antara lain restoran China Muslim yang
berada lebih kurang 20 meter dari Tu Lau Fan, Muslim Food Center yang terletak
di seberang Masjid Niu Jie, serta restoran Muslim di dekat Chaoyang Road. Selain
itu, di sekitar Grand Mosque terdapat juga pusat makanan halal yang menjual
kebab dan roti naan. Maka, tidak ada
kekhawatiran bagi Anda yang diharuskan menghindari makanan-makanan larangan syariat.
Mengenai biaya
penginapan, dibeberkan beberapa yang dianggap perlu. 6-bed mixe dorm $8,3, 4-bed
mixed dorm $10, standar twin private
ensuite $24, dan basic twin private
ensuite $ 21,57 (penginapan Tian An Men Sunrise Hotel); single $28,16, budge double $29,81, twin
private bathroom $31, 38, dan double
private bathroom $31,38 (penginapan no. 161 Hostel); 6-bad dorm-mixed $11,01, 6-bed
dorm-mixed $12,58, dan double
$26,4 (penginapan Happy Dragon Courtyard Hostel). (halaman 104-105). Dengan
daftar biaya semacam ini, Anda tidak perlu was-was, jika berkunjung ke China
Utara dengan bekal pas-pasan.
Nilai lebih buku yang
dikemas penuh elegan ini kian teruji dengan upaya penulis menyelipkan secuplik
pembuktian mengenai beberapa mitos mengenai orang China. Di antaranya
ketidakmampuan orang China berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Faktanya,
generasi muda China kini mulai belajar dan berbahasa Inggris, meskipun
kebanyakan orang, seperti petugas loket, sopir taksi, sopir bus, dan petugas
informasi, belum menunjukkan kemampuannya dalam hal ini. Mitos tentang joroknya
toilet-toilet di sana. Kenyataannya, beberapa toilet, khususnya di Badaling
Great Wall, Forbidden City, Summer Palace, South Bejing Station, juga Niu Jie
Mosque, tempat membuang sampah perut tersebut justru sudah dilengkapi dengan autoflush (tombol peniram otomatis), meskipun
orang-orang lanjut usia dikenal tidak menyiram kotoran mereka. Mitos tentang
kekurangcocokan China bagi orang Islam. Realitas berkata lain. Walaupun tidak semudah
jika berkunjung ke negara dengan mayoritas penduduknya muslim, namun di sana
bayak terdapat masjid dan beberapa restoran dengan label halal. Mitos mengenai
kesombongan dan keangkuhan orang China. Faktanya tidak sepenuhnya demikian. Memang
banyak yang suka menyerobot antrean, acuh tak acuh kepada orang lain, berbicara
dengan nada tinggi, serta menunjukkan kemarahan. Akan tetapi, banyak pula yang
tidak keberatan ketika dimintai bantuan untuk menunjukkan jalan.
Yogyakarta, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar