Ruh yang
Kau Kirim
di riuh
hujan kemarin
ada tawa
sisa
menghampiri
jalanan terbuka
kaukah
itu?
atau
hanya ruh
berkelabat
dalam sesat
kecut,
katanya
ketika
melihatku
menunggui
tungku cinta
jiwa
berkulit jerami
rambut
bercadar panas
gontai
dan berlalu lalang
seperti
tak ada
bulan
yang pendar
sekujur
zikir,
air mata
sembilu
berkelakar
mencari
si pemuja
hati menciut
denyut mengerut
ya, kini
aku tahu
ia hanya
sebongkah ruh
yang
kaukirim
untukku
demi
kenangan
– tak
bisa terurai
demi
luka
terus
menganga
di tepian senja
Malang,
2008
Doa
Sunyi
meracik
muka dua nyawa
bersisir
seribu pengap
tanpa
harap
embun
curiga
kau
petik dari
ranting
gelisah
seberapa
panjang
gagang
waktumu untukku?
di
lambungku,
badai
kan segera menyerbu
ombakpun
ikut mendayu
cepatlah,
jika kau
masih ingin
kesunyian
sebagai piaraan
atau
sobat menuju
kodrat
pasang
jala emas
tangkapi
udara jahat
bawa
pancing nelayan
agar
doamu
tak jadi
bala
anak-cucumu!
Malang,
2008
Pasrah??
tak apa
aku ingkar
yang
penting dapat gelar
tak apa
aku dusta
yang
penting dapat muka
tak apa
aku murka
yang
penting dapat kuasa
tak apa
aku khianat
yang
penting dapat tempat
tak apa
aku bejat
yang
penting dapat nikmat
tak apa
aku curang
yang
penting dapat menang
tak apa
aku keji
yang
penting dapat kursi
tak apa
aku hina
yang
penting dapat segalanya
Bojonegoro,
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar