Sesal, Maut
penyesalan
berlatar belakang ketidakpuasan. dengan begitu, kau bisa menyalahkanku
sepuasnya: karena selalu menjadi sebab utama. dosaku telah merubahmu menjadi
kepingan rindu. dosamu, karena aku hadir sebagai lelaki kikir.
wahai perawan
pembuat mata berlinang permata: perhiasan sekaligus luka dalam. ketidakpuasan
tak perlu kauumbar berlebihan. sebab, semua jalan akan berbuah pertaubatan.
pertaubatan yang kau sendiri tak tersadarkan. hanya tertentu saja, kaupilah dan
hidangkan pada tempat bersahaja.
aku yang tak
sulit kauhindari, terus saja mengharap keluguanmu, gadis bermimpi ngilu. sekali
lagi, tak perlu kauteruskan niat sesal itu, karena semua akan terlewati seperti
jalan-jalan sempit menuju rumahmu. sediakah sesal berterus kekal di perut si
empu maut? ya, karena mati tak berkerabat dengan sesal, pasti kau pun kini
merasa puas menikmatinya tanpa kesal, menanti maut tanpa kecut.
setelah
bercumbu dengan sesal, sama sekali maut tak kausebut. sungguh kepuasan yang
telah berhasil memperdayamu tetap saja berbuat semaunya. sedang kau sendiri
menyesal atas puas yang tak kunjung lepas.
Malang, 2009
Keluh Penjaja
biarkan mereka
memandangiku dengan seribu ulah. jelaskan! ada-ku selalu mengerutkan dahi
setiap peziarah. kecil, kerdil, berbau, terpanggang amarah. sungguh, kemilau
yang ada tak buatku betah, malah berpongah.
sore, dengan
sumpah serapah. kuangkat semua gerah, pasrah. barang titipan ini tak menawan
hati. hanya dianggap rongsokan, bercampur baki. sudahlah, kalau semua mengaku
si derma. pasti mereka akan ingat sirna. bukannya, menyimpan telinga dalam
gundukan durjana. atau menikmati sendu tertutup nafsu.
jiwaku yang
ringkih. ragaku yang berselimut perih. sekarang saatnya kau tinggalkan segala.
waktu telah hadirkan senja. tiada harga yang kita dapat. tiada senyum yang
bersahabat. sekadar benar, sasar, gusar, dan memar yang dibalut pendar
sinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar