Bagi sebagian orang,
berkunjung ke tempat wisata merupakan kegiatan yang menandai libur akhir pekan
atau Hari Besar Nasional. Rasanya ada yang kurang apabila waktu tersebut dilalui
tanpa berlibur ke sana. Itulah mengapa, sebelum hari libur tiba, para wisatawan
genap menentukan sejumlah lokasi wisata yang akan dikunjungi bersama anggota
keluarga.
Menariknya, di antara
mereka lebih suka memilih destinasi wisata yang terletak di wilayah pedalaman. Beberapa
destinasi wisata lokal menjadi incaran pengunjung lantaran jauh dari ingar-bingar dan segala bentuk kebisingan, menyajikan pemandangan eksotis dan
mengagumkan, serta memuat beraneka ragam kearifan lokal. Kecenderungan di atas
mengakibatkan beberapa desa wisata di seluruh pelosok negeri segera populer di
mata publik. Sebut saja Desa Sungai Nyalo (Painan, Pesisir Selatan), Desa
Madobak (Siberut Selatan, Mentawai), Desa Taman Sari (Licin, Banyuwangi), Desa
Pujon Kidul (Malang), Desa Seigentung (Gunungkidul), Desa Ubud (Gianyar), Desa
Waturaka (Kelimutu, Ende), Desa Ponggok (Polanharjo, Klaten), Desa Teluk
Meranti (Pelalawan), serta Desa Bontagula (Bontang).
Faktor
Pendukung
Bila ditinjau secara
mendalam, sebenarnya kehadiran destinasi wisata berbasis lokal tidak tumbuh
dengan sendirinya. Di luar faktor internal, terdapat pula faktor eksternal pendukung
lahirnya desa wisata, antara lain kondisi sosial dan psikologi masyarakat. Di
Bali, tingginya etos kerja masyarakat setempat turut menumbuhkan desa wisata
dengan karakter yang kuat.
Dalam bukunya berjudul Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya
Pariwisata, Michel Picard (2006: 99) menyebutkan bahwa salah satu tradisi yang
bergulir pada komunitas pedesaan Bali yaitu memfokuskan diri pada upaya
menciptakan produksi kerajinan tertentu, semisal membuat alat musik dan menatah
tempayan perak, mengukir batu dan kayu, atau menyuling minyak kelapa dan tuak. Sebagian
desa pengrajin tersebut berhasil menyesuaikan diri dengan pasar. Adapun lantaran
tergiur oleh kesuksesan sejumlah desa, desa-desa lainnya juga mengembangkan
produksi kerajinan yang diarahkan pada terpenuhinya minat wisatawan.
Dalam perjalanannya, apa
yang terjadi di Pulau Dewata genap memantik lahirnya lokasi wisata berkarakter,
antara lain wisata budaya, wisata agraris, wisata bahari, wisata alam, wisata
rimba, wisata olahraga, wisata konvensi, wisata spiritual, dan pelbagai bentuk
wisata lainnya. Dengan demikian, selain memudahkan para wisatawan memilih tempat
mana yang akan dituju, keberadaan lokasi wisata berkarakter juga memberikan
corak tersendiri bagi pariwisata Indonesia di kancah internasional. Apalagi, dalam
taraf tertentu, citra Indonesia di mata dunia bisa dilihat dari sektor
pariwisata.
Ikon
Lokal
Berkecambahnya destinasi
wisata bertaraf lokal di beberapa kawasan tentu memberikan kontribusi positif bagi
orang desa. Ikon-ikon lokal yang mengundang atensi wisatawan berperan besar
bagi terdongkraknya kesejahteraan di level lokal. Bagaimanapun, kehadiran desa
wisata yang digerakkan oleh karang taruna, organisasi pemuda, atau aktor lokal
lainnya terbukti mampu mengatrol tingkat perekonomian masyarakat.
Sehingga, nilai-nilai
yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bisa terwujud.
Sebagaimana diketahui, Pasal 4 peraturan perundang-undangan ini mencantumkan
bahwa termasuk tujuan pengaturan desa yaitu “memajukan perekonomian masyarakat desa
serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional.”
Namun demikian, pesatnya
desa wisata di daerah-daerah tertentu selalu menuntut perhatian lebih. Keberadaan
lokasi-lokasi strategis yang menyimpan daya tarik menjadi tantangan tersendiri bagi
orang desa untuk senantiasa memeliharanya. Jangan sampai ‘masa keemasannya’
tergerus seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan data di
lapangan, sudah tak terhitung banyaknya lokasi wisata yang terbengkalai
gara-gara kurang diperhatikan, baik oleh masyarakat setempat, pemerintah desa,
maupun semua stakeholder. Keindahan, keunikan,
serta keistimewaan desa wisata seringkali luntur seiring dengan munculnya
destinasi wisata baru. Tak heran apabila destinasi wisata yang awalnya
memperoleh animo besar banyak kalangan akhirnya terpaksa mangkrak.
Perlu
Inovasi
Atas dasar inilah, perlu
adanya inovasi dalam ikhtiar mengembangkan desa wisata sesuai ciri khas masyarakat
dan lingkungannya. Bagaimanapun, perkembangan zaman menuntut kreativitas orang
desa dalam memaksimalkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Bermacam tantangan
harus dijawab oleh orang desa dengan memanfaatkan potensi lokal. Optimalisasi
desa wisata ditempuh dengan menonjolkan kelebihan desa.
Dalam konteks ini, Andri
Kurniawan dan M. Isnaini Sadali (2018: 208) merekomendasikan inovasi
pengelolaan desa wisata meliputi pemasaran, promosi, revitalisasi organisasi,
serta penguatan visi dan misi. Termasuk usaha mempromosikan desa wisata yaitu
penyediaan paket wisata dengan mengusung tema berdasarkan potensi lokal.
Guna mewujudkan desa
wisata berkualitas, seluruh elemen masyarakat mesti saling mendukung. Kerja
sama pihak-pihak yang terkait menjadi keniscayaan. Sosialisasi kepada semua
lapisan masyarakat dibutuhkan demi mencapai pemahaman seragam dalam memberdayakan
desa serta apa yang tersimpan di dalamnya.
Yang tak kalah penting,
pembentukan destinasi wisata lokal selaku badan hukum menemukan relevansinya. Langkah
ini penting ditempuh terutama demi mengukuhkannya dalam ranah legal, melindungi
hak konsumen, sekaligus menarik kepercayaan publik.
Bojonegoro, 2019
Agen Judi Online Terbaik
BalasHapus