Cerita Ayah
anakku,
sebenarnya
ayah benci menceritakan hal ini
tapi, demi kebaikan masa depanmu
serta perkembangan jiwa adik-adikmu
ayah rela menunaikannya
awas!
jangan bilang ibu
ia satu-satunya manusia
paling benci merekam ulang
kejayaan suaminya
semasa menanggung muda
ayah kerap jadi bahan perbincangan,
buah lisan, juga rebutan para perawan
dan janda tua yang merindukan cinta edan
tampang ayah sungguh menggiurkan
tangan lumayan panjang
mulut haus utang
dompet kekeringan
kalau lagi pacaran
ayah tidak segan-segan
meminjam cincin, kalung, giwang, gelang,
segala perhiasan yang menempel di badan
“sayang harus dibuktikan”
slogan itu berulang-ulang ayah teriakkan
ketika menangani korban
supaya lebih meyakinkan
ayah nekat memberi jaminan:
“ingat, sebagai tanda ikatan
barang saya simpan di pegadaian
tenang, jangan buruk pikiran
dalam jangka empat bulan
cinta urung diteruskan
seluruhnya tidak dikembalikan”
dan syukurlah
dulu otak perempuan
masih rawan dikendalikan
tidak seperti sekarang
hati mereka suka mempertanyakan
hal-hal yang menurut ayah kurang sopan:
golongan darah, pekerjaan, jabatan,
pemasukan, jumlah tabungan
termasuk juga jenis kendaraan
padahal anakku, itu semua
pertanyaan yang sangat menjemukan
seperti yang kau dengar dari ibu
ayah berdarah binatang
kerja menunggu panggilan
pangkat jenderal pengangguran
pemasukan jarang-jarang
simpanan hanya cukup pesan nisan
motor kredit, belum sanggup bayar kontan
Malang, 2011
Susu Kaleng
pernah
seekor cahaya
menyelinap di gigimu
dan
sejak itulah
kau mulai ragu
menetek putingku
Malang, 2011
Penjahat Kelas
baiklah, Ibu
akan kusebut satu persatu
mereka yang sampai hati menggoda anakmu
Tatang
ia
nongkrong di bangku paling belakang
badan
mengenaskan, jalan sempoyongan
tapi,
sekali bikin kecemasan
bisa-bisa
buku dan pensilku ia singkirkan
Heru
namanya memang
kurang seru
ia paling sering
bolos di otakku:
membenahi,
mereparasi ekor nafsu
yang pernah mampus
ditikam waktu
Jaka
anak manusia
bandar narkoba
dengan uang ia
bisa beli semua
termasuk nilai-nilai
terkaya
yang dulu sempat kupunya
Sigit
baru sebulan kabur
dari rumah sakit
mungkin karena
salah penyakit
tingkah lakunya
amit-amit
hati dan jiwaku
rajin kena gigit
dari ke sekian teman
ada yang tak perlu disebutkan
ialah
Acong
putra Bapak Pong
cucu Kakek Suhong
bibirnya
sombong, mukanya bohong
nakal
dan bengisnya tak mampu lagi ditolong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar