Makamat Fana
mengenangmu
berarti menyimpan sunyi
pada kering bebatuan
menyebutmu
sama saja membuang
batang mimpi
di jurang kesahajaan
tangga itu
tak ubahnya dirimu
yang selalu jadi obyek peraduan
semakin tinggi pendakian
semain tunjukkan
perkasa, wibawa
badanku yang tulang ini
lebih memilih rendah
dan jadi cerca
daripada raih kekar
tapi penuh tinja
kesempurnaan
bukan segala
tapi satu capaian
yang akan hilang
dengan sendirinya
Malang, 2009
Candu Tabana
biarkan pena ini
memeras peluh dan darahnya
karena badanku
tak sanggup lagi mencium
aroma wangi tubuhmu
tinta mutiara menggeliat
ingin sekali ia hunuskan pedang,
memecah sejarah,
mengelabui mimpi,
mencuri resah
setahun lalu
kaubujuk dia
menulis surat untuk matahari
surat yang berkabar ombak laut
memakan 7 anak kecil,
berita perut yang
berlauk lapuk rindu,
asap kota yang
menganga, mengotori
dada kiri para petani desa
di harimu yang senja
aku ingin ia kembali padamu
kubungkus pena itu
dengan kertas kristal dan pita merah
aku sudah tak tahan
melihat malamnya selalu sembab
pun di subuhnya yang batu
ia kerap berbisik renyah:
"setahun
ini,
badanku patah
semua
aku ingin
kembali
kerja pada
majikanku dulu
yang tak punya
lelah
dan rambut
putih"
Malang, 2009
Kopyah Itu
dari dulu
ia tak pernah belajar
dariku
dari dulu
ia tak mau berbagi
denganku
apa hanya karena itu
kopyah itu kau berikan
pada bajingan tengik sepertinya?
mumpung, aku masih baik hati
mumpung, aku tak lupa diri
tolong
kembalikan saja kopyah itu
pada si malu
yang selalu ingat pada surau
dan ringkik kalbu
Malang, 2009
Mantan Pejuang
sebagai pejuang,
tak semestinya kau hidup
dalam bayang-bayang
sebagai pejuang,
tak seharusnya kau bunuh
kebersahajaan
sebagai pejuang,
mungkin hanya
impian yang kau titipkan
sebagai pejuang,
kau harus tentukan:
jadi kenangan
atau
tinggal nama
yang menggantung di kuburan
Malang, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar