Senin, 11 Juli 2016

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian “Solo Pos” edisi Minggu, 10 Juli 2016)


Makamat Fana

mengenangmu
berarti menyimpan sunyi
pada kering bebatuan

menyebutmu
sama saja membuang
batang mimpi
di jurang kesahajaan

tangga itu
tak ubahnya dirimu
yang selalu jadi obyek peraduan

semakin tinggi pendakian
semain tunjukkan
perkasa, wibawa

badanku yang tulang ini
lebih memilih rendah
dan jadi cerca
daripada raih kekar
tapi penuh tinja

kesempurnaan
bukan segala
tapi satu capaian
yang akan hilang
dengan sendirinya

Malang, 2009


Candu Tabana

biarkan pena ini
memeras peluh dan darahnya
karena badanku
tak sanggup lagi mencium
aroma wangi tubuhmu

tinta mutiara menggeliat
ingin sekali ia hunuskan pedang,
memecah sejarah,
mengelabui mimpi,
mencuri resah

setahun lalu
kaubujuk dia
menulis surat untuk matahari
surat yang berkabar ombak laut
memakan 7 anak kecil,
berita perut yang
berlauk lapuk rindu,
asap kota yang
menganga, mengotori
dada kiri para petani desa

di harimu yang senja
aku ingin ia kembali padamu
kubungkus pena itu
dengan kertas kristal dan pita merah

aku sudah tak tahan
melihat malamnya selalu sembab

pun di subuhnya yang batu
ia kerap berbisik renyah:

               "setahun ini,
               badanku patah semua
               aku ingin kembali
               kerja pada majikanku dulu
               yang tak punya lelah
               dan rambut putih"

Malang, 2009


Kopyah Itu

dari dulu
ia tak pernah belajar
                        dariku
dari dulu
ia tak mau berbagi
                        denganku

apa hanya karena itu
kopyah itu kau berikan
pada bajingan tengik sepertinya?

mumpung, aku masih baik hati
mumpung, aku tak lupa diri

tolong
kembalikan saja kopyah itu
pada si malu
yang selalu ingat pada surau
dan ringkik kalbu

Malang, 2009


Mantan Pejuang

sebagai pejuang,
tak semestinya kau hidup
dalam bayang-bayang

sebagai pejuang,
tak seharusnya kau bunuh
kebersahajaan

sebagai pejuang,
mungkin hanya
impian yang kau titipkan

sebagai pejuang,
kau harus tentukan:

jadi kenangan
atau
tinggal nama
yang menggantung di kuburan


Malang, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar