Putra
Pengganti
:
Amangkurat I
ah, kalian
kalian memang bukan berotak sepertiku
kalian belumlah meringkus isyarat kejayaan dariku
: jiwa, hati
kalian cenderung lengai
tiba saatnya disentuh canai
kita tidak waktu lagi menghamba nenek moyang
kita bakal timbun dalam-dalam peninggalan
serta menyigi cerdasnya kaum penjajah
o, o, tidak
juga kebijakan, kebajikan,
kelihaian, keahlian,
keistimewaan
orang-orang bergelimir aneh
dengan surai-surai menggelikan itu
edan!
demikianlah aku
edan!
kalian harusnya menguntit perangaiku
dengarlah!
enggan aku menampak kejam
ketika melucuti nyawa Wiraguna,
Pangeran Alit, mengapit sejawatnya
dalam siasat licin juga sabung konyol
pembesar-pembesar Islam berwajah teduh
enam ribu lelaki, perempuan tanpa luput
tersisir badik tajam
demi menjangkau perubahan
wahai rakyatku
istana baru berdiri gagah
angkuh, dinding bata warna merah
lihatlah bagaimana aku
lihatkan perkasaku
menyulap muka tanah
jadi gedung pagan nan indah
wahai penganutku
orang sepuh yang lemah
para penyimak sejarah
kuraibkan jejak mereka
dari lindungan semesta
perhatikan caraku
memperhatikan bujang muda
meletakkan biji pantatnya
di kursi ayah, kakek, bahkan buyutnya
itulah aku
raja baru kalian
penerus Sultan Agung
pasak kunci Mataram
sigap menanti kehancuran
Yogyakarta, 2012
Kecundang
Pakubuwana IV
“hei, siapa itu
berani menggencet istanaku”
“istana ini, kau tahu
memuat liur serta ingus
teman pereda serba hangus”
ribuan prajurit menerjang
pekikan raja menumpuk berang
pada sepukal daging dan tulang
berbekal hasut, berpayung kabut
Si Pengeruk memasok ratusan serdadu
berlidah Madura, Bugis, Melayu
ke gerbang benteng kekar
berdiri congah di detak ramai
pangeran menumbuk penasihat
buntalan rencana juga siasat
mengundang linglung
mengantar bingung
ke atas karpet raja
merawat kuasanya
dalam iklim terhimpit
raja mengemis ampun
pada sang fakir rasa
pengantong batu dursila
ialah Si Pengeruk
makhluk bengal berempat tanduk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar