Di
Jalan Veteran, Malang, terpasang bingkai gembok cinta ala Paris. Para
pengunjung berdecak kagum saat menyaksikan keindahan gembok bernuansa pink
tersebut. Namun demikian, keberadaannya menuai protes dari sejumlah pihak,
sebab memberangus citra Malang sebagai kota pendidikan dan mengakrabkan kaum muda
dengan budaya Barat. Protes ini ditanggapi oleh Dinas Pertamanan (DKP) Kota
Malang dengan mengalihfungsikan frame Ngalam, I'm in Love tersebut sebagai
taman vertikal.
Dalam catatan sejarah,
gembok tidak sekadar menjadi medium pengaman dan simbol kesetiaan sepasang
kekasih. Ia juga merefleksikan pergulatan manusia menghadapi realitas. Ritus kehidupan kalangan Sunni dan Syiah di Irak tidak terlepas
dari gembok. Sambil memasang gembok (qift) pada pagar makam wali, mereka
menggantungkan harapan. Tradisi ini menyimpan maksud memperkuat nazar dan mempererat
hubungan dengan “orang suci”. Para penjaga merasa kesulitan mencegah ulah
mereka, sehingga gunting besi kerap digunakan untuk membersihkan area pemakaman
dari gembok. Akan tetapi, tampaknya para peziarah lebih kreatif. Tebalnya
terali pagar berhasil disiasati dengan memasang gembok berukuran kecil pada
gembok yang lebih besar.
Gembok juga mengandung
ikhtiar manusia menjalani hidup dengan kepala dingin. Bagi Abu Nawas, gembok
merupakan sarana menertawakan hidup. Kepada keluarganya, ia berpesan agar kelak
gerbang makamnya menampilkan gembok sebesar ember.
Tak ayal hingga saat ini, tempat peristirahatan terakhirnya mengundang tawa
para peziarah.
Dari
kejauhan, mereka mengira bahwa makam tokoh humor legendaris berdarah Arab dan
Persia tersebut sulit dimasuki. Nyatanya, di sebelah kiri dan kanannya berdiri sebuah
pagar dinding yang sangat mudah dilewati. Berbekal gembok, Abu Nawas seolah
ingin berkoar bahwa hasratnya dalam berkelakar tidak mampu dibendung oleh
kematian.
Tafsir Mimpi
Oneirologi,
cabang ilmu pengetahuan yang meneliti tentang mimpi, memuat pemaknaan atas
gembok. Seseorang yang membuka gembok dalam tidurnya, jika belum mempunyai
pasangan hidup, ia dipastikan akan menikah dalam waktu dekat. Jika berada dalam
penjara, maka ia akan segera keluar.
Jika
tengah didera kemiskinan, maka pintu rezeki akan terbuka baginya. Jika ia
seorang hakim yang sukar memutus perkara, maka jawaban akan muncul dengan mudah
(Ibnu Sirin, 2004: 353). Dengan demikian, membuka gembok mengandung hikmah,
kebebasan, kekayaan, dan kebaikan.
Imajinasi
gembok tersaji apik dalam cerpen “Kado yang Terlambat Tiba” (dalam Kumcer Samsara,
GPU, 2005). Penulisnya, Putu Fajar Arcana, mengurai kegelisahan seorang wanita
pasca tragedi pembunuhan massal di Indonesia tahun 1965. Meski dilarang
keluarga, ia nekat hijrah ke Jakarta. Pilihan ini diambil guna menyambung
hidup, setelah suaminya dikabarkan tewas akibat tuduhan komunis.
Sebagai
warga keturunan Tionghoa yang kerap mengalami diskriminasi, iklim politik jelas
kurang mendukung. Suasana kota begitu mencekam, ditandai dengan letusan senapan
di berbagai tempat. Kasus pembunuhan bukan lagi keanehan atau keganjilan. Guna
meredam ketakutan anaknya, wanita itu selalu mengunci pintu dengan dua gembok
besar. Gembok menjadi pertahanan terakhir dari segala ancaman dan situasi
menegangkan. Namun demikian, rumahnya tetap saja dapat ditembus oleh kabar yang
setiap hari berseliweran. Salah satunya, banyak orang ditangkap dan dikumpulkan
untuk kemudian dibantai bersama-sama di lantai dasar sebuah toko.
Barangkali
terinspirasi dari gembok, Dedet Setiadi memberi judul kumpulan puisinya Gembok
Sang Kala (Forum Sastra Surakarta, 2012). Dalam puisinya bertajuk Gembok,
ia menulis: Gerbang langit terkunci/ tak bisa dibaca/ sebelum gembok
berhasil dibuka/ mengetuk-ngetuk tabir bahasa/ sajak hilang rasa!/ Di ujung
pintu/ aku dengar langkahmu cethat-cethit/ mengayunkan jarum arloji/ ke arah
langit yang masih terkunci//.
Bojonegoro, 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar