Persekusi massa
baru-baru ini terjadi di Kampung Kadu, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cikupa,
Tangerang. Rasa curiga berlebihan membuat warga setempat melakukan perbuatan
brutal dengan mempermalukan sekaligus menganiaya sejoli berinisial R (28) dan M
(20). Lantaran berada dalam kontrakan, keduanya dituduh sebagai pasangan kumpul
kebo. Tanpa diklarifikasi terlebih dahulu, pasangan muda-mudi tersebut langsung
digerebek, diarak, dan ditelanjangi.
Video viral yang
beredar menunjukkan bahwa Ketua RT sempat mengeluarkan kalimat bercorak
rasisme, “buat contoh orang Cina di wilayah kita”. Kebetulan, korban persekusi merupakan
keturunan Tionghoa. Boleh dibilang, aksi sepihak ini menggambarkan besarnya
kecurigaan dan rasa benci terhadap siapa saja yang berdarah Tionghoa.
Di negeri ini, sinisme
terhadap segala hal yang berbau Chinese senantiasa dirawat dan diwariskan lintas
generasi. Bukan hanya di area perkotaan, sinisme juga merasuk hingga wilayah
perdesaan. Dari masa ke masa, orang desa meluapkan sentimen ini dengan sebutan
berkonotasi negatif bagi “individu bermata sipit”. Padahal, boleh jadi,
kebencian terutama disebabkan tingginya rasa iri terhadap kesuksesan Tionghoa
serta rendahnya mentalitas bertarung pada diri mereka. Persaingan, bagi orang
desa, merupakan hal yang “tabu” dan layak dihindari. Mereka lebih gemar
memelihara keharmonisan dibanding menabuh genderang persaingan. Selama ratusan
tahun, budaya agraris membimbing mereka untuk mengekalkan kebersamaan sekaligus
menjauhi berbagai kompetisi dan rivalitas.
Ada kecenderungan bahwa
ketika menghadapi orang Tionghoa, orang desa merasa berkecil hati. Dalam urusan
ekonomi, keberuntungan seolah berpihak pada orang Tionghoa. Di mall dan pasar tradisional, orang desa
menjadi buruh bagi para majikan Tionghoa. Dari pencapaian inilah, psikologi etnis
dengan leluhur asli Tiongkok tersebut semakin terbentuk. Adapun rasa percaya
diri orang desa merosot sedemikian rupa. Tanpa disadari, fakta ini seringkali
ditepis. Enggan mengakui kekalahan, akhirnya mereka menaruh kecurigaan terhadap
Tionghoa berikut anasirnya. Keberhasilan dan kemajuan yang diraih etnis
Tionghoa dianggap melalui “jalan kotor”. Julukan “konglomerat hitam” disematkan
bagi para penguras kekayaan Indonesia. Dengan kata lain, selalu ada kambing
hitam di balik melesatnya perekonomian Tionghoa.
Sejak masa silam, etnis
Tionghoa genap menunjukkan kejayaannya. Mereka mengukir prestasi dan kinerja
dengan tinta emas. Dalam jagat bisnis, eksistensi mereka benar-benar diakui
oleh dunia internasional. Muncul kesadaran bahwa mereka adalah bangsa petarung
yang tercipta untuk menguasai diri sekaligus keadaan. Sebagai misal, saat orang
desa didera kelaparan, mereka justru menimbun bahan makanan.
Pasca Perang Dunia I,
lesunya pasar hasil bumi dan tambang di Eropa mengakibatkan krisis ekonomi
melanda Indonesia. Pemecatan para buruh melahirkan pengangguran yang dalam
perkembangannya meningkatkan angka kerusuhan dan kejahatan di berbagai tempat.
Sebagian besar hasil panen yang dipungut dari sawah dilepas untuk membayar
pajak. Sisanya tentu tidak cukup untuk keperluan konsumsi kecuali dengan
menunggu hasil panen berikutnya. Imbasnya, di mana-mana kelaparan merajalela.
Beras lebih banyak dijual untuk ditukar gaplek atau gabul, yakni ketela kering
tanpa gizi yang diperoleh dari gudang-gudang pedagang Tionghoa (Slamet Muljana,
2008: 145-148).
Etnis Tionghoa juga
membuktikan kepiawaiannya dalam berdagang. Mereka selalu menjunjung tinggi etos
dan semangat entrepreneurship. Pada
tahun 1930, mereka membuka kedai di lokasi yang agak ramai untuk melayani
konsumen. Lantaran menyediakan segala macam keperluan orang desa, warung-warung
bumiputera tidak pernah berkembang dan mampu menyainginya. Orang Tionghoa
pandai melihat tempat strategis untuk berjualan. Biasanya mereka memilih tepi
jalan besar bersinggungan dengan jalan desa yang mesti dilalui oleh orang desa,
baik yang akan pergi maupun yang pulang dari kota. Dengan menawarkan barang
dagangan secara eceran atau kredit, mereka mengantongi kepercayaan orang desa
yang segera menjadi pelanggannya. Orang Tionghoa yang bermukim di kota-kota
kecil atau desa-desa bisa mengakrabi kondisi dan adat kebiasaan serta
berkomunikasi dengan bahasa setempat. Kepandaian menyesuaikan diri menjadi
modal guna menguasai ekonomi perdesaan.
Slamet Muljana (2008:
118) menyebutkan bahwa para penjual bahan pakaian Tionghoa bertebaran ke
sejumlah kampung seraya meminjamkan uang. Dengan berjalan kaki, sekali sepekan
mereka berkunjung ke daerah yang ditandai sebagai kawasannya. Bahan pakaian
dilepas secara angsuran dengan harga lumayan mahal. Namun demikian, angsuran
tidak terlalu memberatkan, sebab orang desa melunasinya lima sampai enam kali.
Jika orang desa memerlukan uang untuk acara pesta, orang Tionghoa siap
memberikan pinjaman dengan bunga 2 sen setiap rupiah dengan jangka waktu
sepekan. Dalam setahun, uang serupiah tersebut kembali 2 rupiah 44 sen. Banyak
orang desa mengambil kesempatan itu. Untuk membayar utang, orang desa terpaksa
menjual hasil bumi di pasar kepada pedagang kecil yang memperoleh bantuan modal
dari pedagang Tionghoa. Hasil bumi berupa beras, kedelai, jagung, kacang tanah,
tembakau, dan lain-lain akhirnya jatuh ke tangan para tengkulak Tionghoa.
Dalam gelanggang
perniagaan, etnis Tionghoa melesat jauh di depan. Fakta inilah yang semestinya
disadari oleh orang desa. Itulah mengapa, daripada sibuk menebar kecurigaan dan
memproduksi kebencian lebih baik membekali diri dengan berbagai kiat mengejar
ketertinggalan. Keberadaan Etnis Tionghoa di negeri ini bukan ancaman melainkan
pesaing yang layak ditumbangkan. Generasi muda harus diajak memupuk jiwa
kewirausahaan dengan senantiasa mengembangkan potensi dan motivasi berbisnis.
Mentalitas dan pemikiran priayi yang menyingkirkan diri dari panggung entrepreneurship mulai ditinggalkan.
Kemunduran bangsa ini antara lain dikarenakan aktivitas menuding dan mencari
kambing hitam lebih menyenangkan dibanding merenungi kesalahan.
Bojonegoro, 2017
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSaya ingin memulai dengan bersyukur kepada Tuhan atas karunia kehidupan.
BalasHapusNama saya Nadia Sisworo dan saya ingin berbagi cerita yang bagus tentang ibu Rossa Stanley Favor perusahaan yang layak secara finansial yang membuat hidup saya manis.
Saya telah mengalami kesulitan keuangan selama beberapa waktu dan saya harus meminjam dari teman-teman saya karena saya berharap untuk membayar mereka kembali setelah menerima gaji saya.
Dan saat itulah hidup saya berubah menjadi yang terburuk, saya dipecat dari pekerjaan dan saya kehilangan ibu saya beberapa bulan kemudian. Setelah ibu saya dimakamkan, teman-teman saya mulai meminta uang mereka kembali.
Tetapi ketika saya pikir hidup saya sudah berakhir, saya benar-benar mencoba bunuh diri, saat itulah ALLAH menggunakan teman saya dan Neighbor Annisa Berkarya yang sekarang pindah ke Singapura, dia membantu saya menghubungi ibu Rossa Stanley yang katanya seorang teman dari India menghubungkannya dengan ibu Rossa, jadi saya menceritakan kisah saya kepada ibu, dia meminta dokumen saya yang saya ajukan dan sebelum saya mengetahuinya permintaan pinjaman saya untuk Rp120.000.000,00 disetujui, sebelum itu saya telah mencoba tiga perusahaan pinjaman online yang berbeda tetapi tidak ada bantuan positif, tetapi ibu rossa Stanley melalui perusahaan pinjamannya ROSSATANLEYLOANCOMPANY mengubah hidup saya dan saya telah memutuskan bahwa sampai saya mati saya akan terus membagikan kisah ini sehingga sesama warga negara saya dapat memperoleh manfaat darinya, jangan hubungi pemberi pinjaman palsu yang membanjiri mana-mana dengan cerita pinjaman palsu, Setelah itu proses persetujuan kredit selesai dan saya menerima surat persetujuan dari perusahaan yang menyatakan bahwa saya harus memberikan rincian bank saya. Saya menerima pemberitahuan dari bank saya bahwa rekening bank saya dikreditkan dengan jumlah pinjaman yang saya minta. mother rossa stanley adalah satu-satunya pemberi pinjaman nyata, tulus dan tulus di seluruh dunia sehingga jangan ragu untuk menghubungi ibu Rossa Stanely di saluran ini
ROSSASTANLEYLOANCOMPANY@GMAIL.COM
HANYA TEKS MEREKA +12133153118
Ini adalah kesaksian saya dan dapat diverifikasi dengan detail akun saya yang di bawah ini jika Anda ragu
itulah bagaimana hidup saya berubah dan saya akan terus berbagi berita sehingga semua orang dapat melihat dan menghubungi perusahaan yang baik yang mengubah situasi saya.
Anda juga dapat menghubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan saya atau Anda ingin bertanya tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya. Ini email saya: nadiasisworo@gmail.com
Dan di bawah ini adalah detail akun saya yang dikreditkan dengan pinjaman dari rossastanleyloancompany,
Alamat bank: Cabang Jatinegara Jakarta Timur
Nama akun: Nadia Sisworo
Nomor akun: 0504482516
Nama Bank: Bank Negara Indonesia (BNI)