Judul :
Baktiku Bagi Indonesia
ISBN/EAN :
9789792277401/9789792277401
Penulis : Broto Happy Wondomisnowo
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Cetakan :
Pertama
Tahun Terbit : November 2011
Harga :
Rp. 127.500,-
Tebal :
498 halaman
Indonesia adalah negeri
yang menampung para pemain bulutangkis kelas dunia. Sebut saja Bambang Cahyadi
(Tim Piala Thomas, 1969), Enny Handayani (Tim Piala Uber, 1969 dan 1972), Ade
Chandra (juara ganda putra dengan Christian Hadinata pada Kejuaraan Dunia,
1980), Icuk Sugiarto (juara tunggal putra pada Kejuaraan Dunia, 1983), Lius
Pongoh (juara tunggal putra pada Indonesia Terbuka, 1984), Hermawan Susanto
(runner-up tunggal putra pada Jerman Tribuka dan Belanda Tribuka, 1991), Joko
Suprianto (juara tunggal putra pada Final Grand Prix, 1993 dan 1995), Rexy
Mainaky (juara ganda putra dengan Tony Gunawan pada Ipoh Masters, 2000), Vita
Marisa (juara ganda campuran dengan Nova Widianto, 2003), Nova Widianto juara
ganda campuran Lilyana Natsir, 2007), Natalia Poluakan (runner-up ganda
campuran dengan Rendra Wijaya, 2010), serta Evert Sukamta (32 besar tunggal
putra pada Thailand Open GP Gold, 2011).
Kebanggaan luar biasa
adalah ketika Indonesia menerima World Championships. Sebiji prestasi yang diukir
oleh para kesohor dalam olahraga yang memainkan bulu itu. Pada tunggal putra,
mereka adalah: Rudy Hartono (1980), Icuk Sugiarto (1983), Hendrawan (2001),
Taufik Hidayat (2005). Adapun pada tunggal putri, yakni: Verawati Wiharjo
(1980) dan Susi Susanti (1993). Pada ganda putra: Tjun Tjun/Johan Wahyudi
(1977), Rexy Mainaky/Ricky Soebagdja (1995), Markis Kido/Hendra Setiawan
(2007). Sedangkan pada ganda campuran: Christian Hadinata/Imelda Wiguno (1980)
dan Nova Widianto/Lilyana Natsir (2005 dan 2007).
Dalam kata
pengantarnya, penulis—yang merupakan seorang jurnalis—mengaku hanya memiliki
secuil waktu guna menyelesaikan buku ini (3 hingga 4 bulan). Mengingat, bahwa
tantangan menulis buku ini datang pada Maret 2011. Sedang ia harus
merampungkannya pada Juni atau Juli 2011. Meski begitu, penulis tetap sanggup
menyusunnya dengan apik; disertai data yang akurat.
Sisi menarik dari buku
yang terpadu atas 12 bab ini yaitu, tidak sekadar menyuguhkan prestasi-prestasi
bergengsi yang berhasil digayuh dalam perhelatan bulutangkis dunia serta para
atlit Indonesia yang tunai mempersembahkan prestasi-prestasi tersebut. Namun,
juga jasa-jasa aktor yang berdiri di belakang panggung. Ialah Munir Ruchiat;
Sosok yang dinilai mempunyai andil begitu besar dalam mengkhidmatkan diri untuk
bulutangkis. Terbukti, ia mampu mengatur jalannya pertandingan, mencatat hasil
pertandingan, sekaligus mendokumentasikannya. Tugas yang selayaknya dijalankan
oleh 3 orang. Munir menangani mulai dari refere,
umpire, hingga match control (halaman 90). Pun menuturkan bagaimana perjuangan
Herry Iman Pierngadi dalam melatih serta memberikan motivasi pada Candra Wijaya
dan Tony Gunawan, hingga keduanya mampu meraih emas pada Olimpiade Sydney tahun
2000.
Buku ini kian menarik,
karena Menyisipkan sejumlah foto yang dinilai bersejarah dalam perkembangan
bulutangkis di Indonesia. Foto-foto tersebut bisa ditelusuri dalam Galeri Foto.
Meski Perkumpulan Bulutangkis
(PB) Tangkas Alfamart telah membuktikan komitmennya dalam melahirkan atlet
kelas dunia, awalnya faktor pendanaan menjadi kendala besar. Menggerakkan roda
pembinaan yang melibatkan sekitar 80 pemain muda di Tangkas Sport Centre,
Tanjung Duren Jakarta Barat, bukanlah perkara mudah. Selain itu, masih ada 8
pelatih dan puluhan pegawai lain yang juga harus diperhatikan kelangsungan
hidupnya. Selama ini, dana ditadah dari kantong pengurus. 3 nama keluarga yang
didaulat selaku tulang punggung pendanaan bagi Tangkas yaitu: mendiang Suharso
dan kedua putranya, Justian serta Juniarto. Syukurlah pada tahun 2001,
perusahaan tepung Bogasari turut serta mendanai Tangkas. Menyusul juga pada
masa selanjutnya yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya tbk—pengelola minimarket
Alfamart yang mengantongi lebih dari 4000 otlet di serata Indonesia.
Menunggangi gelombang pasang
dan surut dunia perbulutangkisan selama enam dasawarsa, PB Tangkas—klub yang
berdiri pada tahun 1951—tetap tegak mempersembahkan dedikasinya terhadap
perkembangan bulutangkis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar