Cukup
Hijaumu
di
bibir hijaumu kami temukan arti rindu. di senyum hijaumu kami dapatkan makna
cemburu. memang, hijau auramu slalu turunkan salju cinta. hijau jiwamu kalahkan
birahi kalbu.
kami
ingin berpulang ke belai basahmu. karena basahmu damaikan kering kerontang. basah
yang membawa seribu hijau. kami tak tahu, apakah waktu sedang berjalan atau
mampir di warung rembulan. kami tak ingin lihat sang waktu. karena bagi kami,
ia selalu terlihat hitam. tak pernah tampak hijau. bila kau lupa bawa sinarmu
yang hijau. ambil sinar bintang yang sedang tampakkan wajah berbinar. jangan
yang biru, tapi yang hijau saja. kami ingin kau basuh wajah dan tubuh kami
dengan elus jarimu. ya, jemarimu yang hijau lembut. kami berangan agar kau tak
cepat menghilang. elus rambut kami. tidurkan dalam hangat ranjangmu yang hijau
selimutnya.
tak
usah kau rayu kami dengan merah, kuning, biru, atau kelabu. itu warna duniamu.
kami tak suka dibawa ke sana. karena di sana tak ada cinta. tak ada hijau. bagi
kami, cukup hijaumu yang kan selalu menyertai. di mana dan kapanpun kami
pergi.
Malang,
2008
Kutu
Cinta & Jera Rosalina
setelah
kukembalikan
diarynya
Rosalina
berkata
padaku:
"kau
yang tlah sepi,
jelma kutu cinta
tak perlu juangkan
biru setiamu"
akupun
terhenyak
dan
menjawab
dengan
ngilu
seribu:
"ya,
aku
memang kutu,
tapi kutu
yang tak lemas
hanya
dengan jeramu"
Malang,
2008
Bingkai
Dinding Hatiku
lembah
dalam itu kausematkan pada dinding hatiku yang ngilu. aku tahu bahwa memang ia
bakhil kepada siapa saja. pun dengan jiwamu yang mulai mengeriput. sungguh, ia
tak pernah sadar kalau ia butuh sejarah cinta, sebutuh aorta pada darahmu.
tulis
saja surat wasiat. agar ia belajar bosan dari perasaan. perasaan yang membuncah
saat terdengar riuh gaung kepulangan jiwa pada si empunya. jangan biarkan ia
jadi berkeras, sekeras batu sungai kehidupan. atau malah membenteng, jadi pusat
serdadu rindu.
ya,
dari dulu ia tak rela ditindas jiwamu yang katanya suka egois. karena
sebenarnya ia lebih egois dari sifatku yang lahir bersama si raga. akupun telah
lama berganti hati. karena tak cocok jadi pasangannya. ia punya seribu haus
luka, tapi tak mau berkorban tawa.
sebelum
ia membabat si sulung jiwa. ijinkan aku saja yang membungkam mulutnya,
melubangi bata dan semen yang membungkus rangkanya. kan ku selipkan di dada
kirinya sebungkus dendam dan sebutir peluru sembilu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar