Gadis
Centil dan Tembang Kenangan
tembang
kenangan lirih terdengar
dinyanyikan
pengamen jalanan
ketika
pengamen itu
tepat
didepan mata
langsung
kuingat dirimu
gadis
centil yang
membuat
hati
berdecak kagum
kutirukan
suara itu
dan
ia
semakin
keras
menyanyikan
tembang kenangan
semakin
keras
ia
bernyanyi
semain
banyak
kuberi
aku
bertanya dalam hati:
"ia
bernyanyi,
untuk
menghibur
atau
mengemis uang?"
barangkali,
ia
bernyanyi hanya untuk uang
bukan
untuk hiburan
tapi,
aku berterima kasih
kepadanya
karena
lewat tembang itu
otakku
bisa mengurai wajah
gadis
centil
yang
sepuluh tahun
tak
kulihat
wahai,
pengamen jalanan
tolong
sekali lagi
kaunyanyikan
tembangmu
semakin
keras
kau
bernyanyi
semakin
banyak
kuberi
o,
pengamen jalanan
tolong
sekali lagi
kaunyanyikan
tembang kenangan
agar
ku bisa mengingatnya
lebih lama
gadis
centil yang sempat
membuat
hati
berdecak kagum
Bojonegoro, 2008
Kopi
Luar Biasa
segelas
kopi malam ini. ungkapan kasih dari sang istri. yang tak lupa dengan janji
pagi. hangatnya menembus imaji. aromanya mengelus sanubari. memang rasanya tak
bisa dibagi. walau dengan cahaya mentari.
pagi
itu, kauminta uang untuk beli bubuk kopi dan gula. segera kutunjukkan di saku
celana bagian depan. di dompetnya, ada foto dua insan saling berkencan. ya, itu
foto kita bersama saat masih muda. satu kenangan manis ketika remaja lugu
berbicara tentang cinta. kucium keningmu dan kurangkul dengan mesranya.
kudekatkan bibirku ke telinga kirimu. lalu kubisikkan kata-kata sastra.
layaknya seorang pujangga terkenal. kau terlihat bahagia. hatimu merekah bak
bunga matahari yang baru saja keluar dari peraduannya. indah, sungguh indah.
suatu masa yang diselimuti seribu tanya: apa arti kesetiaan?. apa makna
pengorbanan?.
tanpa
pikir panjang, kauambil foto itu lalu pergi ke toko milik tetangga. kaubilang:
beli bubuk cinta dan gula sayang!. sejenak mereka tertawa melihat ulahmu yang
tampak kebingungan. kau masih saja terbayang dengan rayuan gombal yang pernah
kuucapkan. wajahmu merah padam. kaucoba tutup malumu dan mencoba lagi untuk
kedua kalinya: beli bubuk cinta dan gula sayang!. merekapun heran bercampur
tanya: ada apa gerangan?. tapi, suasana jualah yang membuat mereka harus
menyerah dan sadar bahwa kauinginkan bubuk kopi dan gula.
sesampai
di rumah, kausimpan bubuk kopi dan gula itu di rak dapurmu. tepat jam dua belas
malam, kauhidangkan kopi itu di meja kamarku. diiringi musik nostalgia, foto
itu kaupajang di sebelahnya. kupandangi foto itu. lalu kubandingkan dengan yang
aslinya. ternyata, aku sudah jauh berbeda. begitu pula dengan dirimu. cantiknya
tak sama dengan yang dulu.
kuminum
kopi itu seteguk demi seteguk. memang begitu nikmat. kentalnya menyumbat luka.
manisnya membuat lidah tak berrasa. tanpa sadar, kuulangi adegan persis di foto
itu. kukecup keningmu seribu sayang. kurangkul pundakmu dengan mesra dan
kulantunkan sebuah syair dadakan: "apa arti kesetiaan, apa makna
pengorbanan?". kau pun tersentak dan berbisik lirih: "memang,
ini kopi luar biasa!".
Bojonegoro, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar