Kamis, 28 Juni 2012

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Kedaulatan Rakyat" edisi Minggu, 15 April 2012)


Aku yang Baru

kau ingin aku. aku yang dulu. tapi aku tak bisa lakukan itu. aku sekarang adalah kini yang jauh. yang tak bisa kembali pada penjahat waktu. aku bukan lagi seperti kau tahu. aku hanya sepotong daging dan tulang lusuh. tak usah kau harap aku. aku yang sekarang tak sama.

jika kau masih harapkan aku. aku bisa mati karena tersiksa. karena nyawaku tinggal satu. nyawa yang tak lagi bisa bersua dengan keadaan. nyawa yang tak bisa kau kurangi lagi. kalau nyawaku turuti nafsu. ia akan berkorban demi kau. walau akhirnya harus kehilangan dirinya. tapi nyawaku tak suka berkorban. ia tak mau jadi abu. hanya karena ingin kau anggap pahlawan.

ah, sudahlah. mungkin kini saatnya kau pindah pada duniamu. dunia yang tak pernah kenal aku. dunia yang sudah hilang dariku. percayalah, di sana kau akan temukan aku yang baru. bukan aku yang selalu buatmu sembilu. pastikan kaulupakan aku. agar kau pun jadi baru. sebaru aku di duniamu. dengan begitu, kau dan aku akan lagi bercinta. cinta dua insan yang baru. insan yang lupa akan kesunyian. insan yang lupa akan kita yang dulu.

Malang, 2009


Eukariota*

desiran ombak besar itu terdengar di lambungmu. kau sedang kembung atau mabuk lautan sunyi?. wah, aku makin iri saja denganmu yang tak pernah dirundung badai remah. wangi melur yang mambur menggiringku pada ilusi abadi. kelopak bunga teratai di depan rumah tak mampu larungkan luka yang telah lama kau gores di sukma.

mirip desau, pisau itu berkesiur mencari penjahat amarah. kauamuk, beku tubuhmu lukiskan kecemburuan. gigil nafasmu ceritakan sejarah kehidupan. remang yang kemarau sisakan serpihan ketakutan. bukankah kita tak pernah bercakap dengan sang waktu? sebenarnya darinyalah kita kumpulkan alur cerita yang paling lengkap. 

barangkali harus kaubaca surat-surat dari matahari. agar ia tak memarahimu besok subuh. aku cuma lelaki rendahan. yang hanya bisa mencapai tingkatan awam. tak usah kau rebah dalam heningku yang membatu.

* Eukariota = organisme tinggi yang sel-selnya mempunyai inti sel sejati.

Malang, 2008


Lowongan: Pawang Udara

udara manja menumpuk di kamar tidurmu. pasti ia tak rela bila sembur nafasmu bercampur dengannya. sehingga ia mati karena mengandung racun ilusi. syukurlah, aku yang mati sukma ini tak punya tega menyapu dan membuangnya di keranjang sampah.

sekalipun sang penyair, tak sudi merawat dan membersihkannya, sebab ia sari udara dari semua dosa. masuk di kamar penjaja surga, jenguk si bandar murka. (sebenarnya sang penyair punya peka luar biasa. tapi rasanya tak sanggup mencubit rasa udara yang begitu licin).

akhirnya, kubeli saja kertas putih dan kutuliskan semua kesalahan sang udara dengan tinta emas. kutempelkan di tiap pohon dan tiang yang berdiri tegak. agar semua tahu: ada lowongan pawang udara manja yang bersemayam di relung hatimu.

Malang, 2008


Si Kualat atau Titisan Rembulan?

wajah rembulan tersenyum kecut pada dirimu yang menciut. setelah kau urungkan niat sambut riang ibu tiri. ayah angkat memberi laknat, mengangkat cambuk tirakat. seakan semua mendoakanmu jadi si kualat.

hai lasmini. dari pada kau usir ibu tirimu yang bertebal lidah. atau kaucaci ayah angkatmu yang sering berkerut dahi. lebih baik kau rayu si cantik rembulan. agar bisa kau rebahkan tubuh layu diranjang tua milik neneknya. agar kau bisa bercengkrama dengannya.

ya, kini setelah kau turun dari ranjang itu. sinar rembulan kerap tertidur di mata sayupmu. wah, kau pun terlihat pesona rembulan. sehingga ayah tirimu lebih puas mencercap sinar wajahmu dari pada berlama-lama memelihara paras istrinya.

aku tahu kau bukan anak yang didoakan semua jadi si kualat. karena semua tahu bahwa kau titisan rembulan yang selalu membawa sinarnya dimanapun kau berkelana.

Malang, 2008


Ibu, Ajarkan Kami Cinta

kami tak tahu dari sperma siapa kami dilahirkan. kami tak ingin diberi tahu dari tangan siapa kami bisa kenyang. kami hanya mengerti di mana kami mengenal cinta. cinta yang ditertawakan. cinta yang dibenci hampir semua orang. kami tak sadar, bahwa tempat yang kami diami sekarang adalah tempat yang sungguh seram bagi mereka yang beriman. sekaligus tempat menyenangkan bagi mereka yang biasa berwirid di dalamnya.

ibu, kami ini hanya korban dari orang yang tak punya sayang. mereka hanya punya uang, tak punya yang lain. setelah besar nanti, kami akan tahu bahwa kami tak tumbuh karena cinta, tapi karena uang yang mereka selipkan di dadamu.

ibu, hanya kau harta satu-satunya yang dapat kami simpan. kami tak punya intan. tapi kami bangga karena punya ibu. ibu yang bisa mengajarkan bagaimana memahami cinta. kami ingin punya cinta, tak seperti cinta mereka pada tubuhmu. meski bagimu, kami hanyalah sampah yang kerap membuat mereka tak jadi balas cintamu. tapi kami tetap ingin kau tularkan ilmu cinta. agar kami waspada pada siapa saja yang sia-siakan cinta. jangan kau malu, karena kami cukup mengerti dengan keadaan hatimu. tak usah kau bosan, bila kami sering bertanya tentang ayah. ayah yang setiap hari datang. ayah yang setiap hari berganti wajah.

Malang, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar