Bukan
Mata Kaki*
berjalan
2 meter ke kanan kau temukan istana abadi. berbelok 1 meter ke kiri kau lihat
pemulung mimpi mendongak ke atas. ah, jangan kaki kananmu tak jalan berkiri.
uh, tak kaki kirimu ikut nafsu belok berkanan.
kiri : emas
kanan : duri tajam
mata
kaki ingin mengemudi tapi tak berbuat. ia masih terlihat gamang: jalan terus
atau mundur saja ke belakang. mata kaki ingin melihat kakinya sendiri. tapi,
kerap pula tergoda kaki-kaki tetangga yang lebih mulus dan bertenaga.
mata
kaki bukan penentu arah. tapi, mata hati empunya amanah.
Malang,
2009
*
Terinspirasi oleh sajak Afrizal Malna
Hantu
Putih
hariku
kini menyentuh langit. tiada lagi bisa dianggit. kecuali anak pembawa darah,
berjejak kaki ayah. aku telah lama tak tenaga. semua lenyap berkeranda.
si
rambut berumpat: putih. putih. aku tak rela tinggalkan hitam. walau penuh
sunyi, muram. aku mau kembali pada dunia bayangan. dunia yang tak kenal putih.
putih hanya berisik, menjerit, mengingat lagu ringkih. putih tak bisa diajak
bersahabat, bercerita, adu nasib. ia tak pernah berjanji membawa berkas mimpi
atau segebok lanskap purnama.
aroma
rambut tak lagi hitam. hanya anyir menggeliat tajam, kejam. si kanan telinga
mencubit kiri dengan memukul-mukul dadanya. mengerut dahi, menggeleng heran:
kenapa si rambut menyerah, meratapi nasib. sambil menggaruk kepala, bertanya
pada ubun-ubun yang telah lama berkencan dengan rambut: "padahal kan
masih ada semir hitam di kamar belakang.
ya kan?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar