Arloji Kesayangan
ia punya berbagai macam arloji
tapi hanya suka yang satu ini
kemanapun berada
selalu saja dibawa
katanya,
sudah banyak kenangan
yang dihabiskan bersama
dari mencari puntung
jualan karung
mengobral sarung
atau
membuat janji
dengan anak dokter gigi
suatu sore yang cerah
arlojinya melemah
lupa tak membeli baterai
malah bergaya
di depan mantan istri tetangga
dengan mengerlingkan mata
si janda bertanya:
“sekarang jam berapa bang?
kasihan, ia belum makan seharian”
Malang, 2010
Menjadi Hujan
kemudian
hujan itu menari-nari
memperlihatkan tangannya
yang gemulai
kakinya memutar
membentuk angka delapan
dan
aku pun tertegun:
“apakah puisi
kini menjelma
sebait hujan
siap membasahi
pohon-pohon tubuhku
yang segera tumbang”
Malang, 2010
Maling, Peti Mati, Politisi
maling sakti itu
berulang kali
mencoba peti mati
katanya,
buat persiapan
sebelum nyemplung
di kuburan
tapi, sialnya
tiap kali mencoba
selalu saja kekecilan
sempit, dan tak nyaman
suatu hari,
ketika sedang beraksi
di rumah politisi
ia temukan peti mati
nongkrong di samping almari
akhirnya ia
buka tutupnya
memasukkan tubuhnya
tanpa busana
ia begitu bersyukur
sebab ukurannya sangat pas
warnyanya mengkilap,
kuat, dan tahan lama
tanpa banyak pertimbangan
ia bopong kotak berharga
yang dipuja pemiliknya
di siang
yang kelihatan bolong
si politisi memeriksa
harta idaman
ia sempat heran
sekaligus tertekan
padahal
ia akan memakainya
kalau sudah
tak punya kerjaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar