Bui
Cinta
pengapnya
bui
kan
jadi bukti
bahwa
aku
tak pernah bual
pada
cinta
yang
kenyal
oh,
Sariem
apa
kau tak percaya
pada
ibumu kini?
apa
kau tega
mengubur
angin rindu
yang
bertiup dan berjingkat-jingkat
setelah
kualihkan
sepeda
tua itu
mereka
melebamiku
setelah
kurajut
mimpimu
aku
terdampar
ke
tepi paling sangar
ini
hanya secuil
tulus
dari
orang beringsut
pada
dinding yang berkabut
tak
usah
kau
percaya pada
kesaksian
karena
ia tak pernah jujur
padamu
yang luruh
dan
teduh
terimalah
walau
kau dalam kecewa
percayalah
bahwa
aku hanya
ingin
kau bisa hirup
udara
cinta
bersahaja
Malang,
2009
Sajak
Sabun Mandi
bang,
aku
tahu besok hari terakhir
bertemu,
bercengkrama
sebelum
mereka gosokkan
pada
luaran
dan
jiwa
ingin
rasanya kumakan
sepi,
resah
bersamamu
aku
yang paling budak
tak
pantas
terima
bebas
ada
daki gelisah
berserakan
ada
bangkai mimpi
kupungut
sendiri
tak
usah bertangis
karena
punya
gilir
esok
hari
sapa
sang sulung waktu
sendiri
tanpa
buih bersih
memang
semua bernoda
noda
dosa si durjana
bersihkan
celah-celah mereka
sampai
bagian terdalam
elus
rambut,
bulu
tajam,
kuku
macan,
jemari
setan
ingat
bang!
tugasmu
hanya itu
tak
perlu
lebih
usap
peluh,
cangkul
jamur
yang
kerap tumbuh
agar
tak menular
pada
sang jelata
-seperti kita-
Malang,
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar