Senin, 25 November 2013

Perjuangan Inspirator Sejati (Resensi_Riza Multazam Luthfy, terbit di harian “Lampung Post” edisi Minggu, 24 November 2013)

Judul: Indonesia Menginspirasi
Penulis: Ciptono Jayin
Terbit: Juni 2013
Penerbit: B-First (Bentang Pustaka)
Tebal: xv + 160 halaman
ISBN: 9786027888289
Harga: Rp. 36.000,-

Buku yang berada di genggaman pembaca ini menyajikan inspirasi tiada henti bagi siapa saja yang ingin meraih mimpi. Penulisnya, Ciptono Jayin, adalah anak desa yang dengan keterbatasannya tetap berhasrat memupuk cita-cita setinggi mungkin. Dengan usaha yang tidak setengah-setengah dan tanpa mengenal lelah, anak tersebut akhirnya berhasil menggapai apa yang diinginkan. Lebih dari itu, orang lain pun juga merasakan buah dari kerja kerasnya.  
Bila merunut riwayat hidupnya, Ciptono adalah sosok pejuang tangguh. Dalam mewujudkan cita-cita, ia benar-benar merangkak dari nol. Bagaimana tidak? Penerima penghargaan Kick Andy Heroes tersebut mulanya adalah pelajar dengan prestasi yang tidak terlalu memuaskan. Menimba ilmu pada salah satu sekolah favorit di Yogyakarta tidak membuatnya bangga, melainkan cenderung agak minder. Hal ini dikarenakan nilainya yang pas-pasan dan selalu berada di bawah teman-temannya.
 Namun demikian, ia tidak patah arang. Semangat menggebu dan pantang menyerah, setelah lulus SMA, ia mendaftarkan diri ke Universitas Gajah Mada (UGM) Jurusan Kedokteran. Hal ini berangkat dari cita-citanya sejak kecil yang ingin mengkhidmatkan diri sebagai dokter. Di luar dugaan, ketika pengumuman, ternyata namanya tidak muncul. Untungnya, pada saat yang sama, ia juga daftar di IKIP Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Khusus dan namanya tercantum dalam daftar mahasiswa baru yang diterima di kampus ternama tersebut.
Awalnya, Ciptono muda merasa kecewa. Meskipun demikian, ia tetap bertahan untuk tetap belajar di jurusan pendidikan. Rupanya, semakin hari ia semakin betah dan kerasan. Pasalnya, materi di jurusannya memiliki keserupaan dengan mata kuliah kedokteran, mulai dari psikologi, diagnostik ABK (anak berkebutuhan khusus), hingga anatomi. Ia pun menikmati masa-masa kuliah dengan mengubur dalam-dalam keinginan menjadi dokter.
Setelah menjadi sarjana, Ciptono mencoba peruntungan dengan menguji ijazahnya dalam perekrutan CPNS. Ia pun lolos dan mendapat tugas di SLB C YPAC Semarang. Di masa-masa inilah kegembiraannya bertambah, karena Tuhan menganugerahkan kepadanya istri yang cantik bernama Uning.
Di sekolah tempat ia mengabdikan diri, Ciptono sangat rajin menularkan bekal keterampilan dan kesenian kepada para siswa. Ia berkeyakinan bahwa dalam diri anak-anak yang memang ‘berbeda dengan yang lain’ tersebut tersimpan bakat dan kelebihan. Itulah yang menjadikannya berusaha semaksimal mungkin supaya apa yang terpendam dalam diri mereka bisa tersalurkan. Tidak berhenti sampai situ. Di luar jam mengajar, ketika semestinya beristirahat, ia bersama sang istri justru meluangkan diri mengajari anak-anak di dekat rumahnya. 
Perjuangan Ciptono tidak selalu mulus. Sering kali ia dihadapkan pada faktor-faktor pengganjal dalam menangani ABK. Bagaimana pun juga, mendidik ABK memerlukan tingkat kesabaran, ketelatenan, serta kreativitas yang tinggi. Jika tidak, maka proses belajar-mengajar hanya akan menemui kegagalan. Mengenai hal ini, ia mengaku, “saya mencurahkan segala kreativitas saya agar siswa-siswi selalu ceria. Mereka sulit sekali untuk menghafal angka maupun huruf. Berbekal dengan segala kreativitas, saya selalu mengupayakan agar mereka menikmati belajar sambil bermain, dari memodifikasi suatu pembelajaran sampai membuat nyanyian saat belajar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika anak-anak selalu ceria, bersemangat, dan tidak pernah bolos sekolah.” (halaman 86)
Seiring dengan meningkatnya jumlah orang tua yang membutuhkan sekolah khusus bagi anak-anak mereka, akhirnya Ciptono mendirikan lembaga pendidikan baru. Di luar kesibukannya sebagai guru PNS dan pengajar les privat, ia menyempatkan diri untuk mengelola Sekolah Intervensi Diri, sekolah yang berhasil ia dirikan dengan modal bantuan orang tua.
Terwujudnya beberapa target nyatanya tidak lantas membuat Ciptono puas. Ia tetap getol dalam mengangkat talenta ABK. Di antaranya dibuktikan dengan memrakarsai Delly Melodi, alumnus SLB Dria Adi, untuk melakukan pemecahan rekor MURI. Tak ayal, kemampuannya dalam menyanyikan dan menghafal berbagai lagu serta memainkan organ telah mengantarkannya sebagai ‘tunanetra yang hafal dan dapat menyanyikan 650 lagu’.
Apa yang dicapai Ciptono menyebabkan beberapa pihak menaruh kepercayaan kepadanya. Tidak sampai lima tahun jumlah murid di sekolahnya bertambah pesat dan melalui Dinas Pendidikan, 34 guru PNS ditugaskan di sekolahnya. Beberapa toko kain menyumbang kain perca, Bank Indonesia memberi bantuan ratusan tanaman buah, Dinas Pertanian juga turut berpartisipasi. Dengan adanya kepercayaan tersebut, berkembanglah kewirausahaan di sekolah yang dirintisnya. Mulai dari produk roti sederhana, produk tata boga, cuci motor, bengkel, hingga salon kecantikan, masing-masing mempunyai pelanggan sendiri. Belum lagi dengan organ tunggal yang kerap mendapat undangan untuk mengisi acara pernikahan, peresmian gedung, seminar dan jalan sehat. (halaman 108)
Keseriusan Ciptono dalam mendidik ABK menyebabkan dirinya dipercaya sebagai motivator dan trainer di beberapa sekolah bahkan perusahaan ternama. Ia pun terbiasa mengisi acara, seminar, serta workshop di pelbagai kota di Indonesia.
Nama Ciptono mulai melambung. Profilnya berulang kali menghiasi media, baik koran maupun televisi. Sungguh pun demikian, dengan meroketnya namanya, Ciptono tidak lantas menyombongkan diri. Bahkan, ia ingin berbagi dan menularkan keberhasilannya dengan menggagas Indonesia Menginspirasi, sebuah program yang bertujuan memberikan inspirasi bagi semua orang.
Dari program ini, muncullah ide tentang Rumah Inspirasi, yang merupakan sarana bagi ABK agar dapat mengeksplorasi potensi yang ada dalam diri mereka. Ciptono membangun 33 Rumah Inspirasi. Di antaranya: panggung pentas, Kelompok Karawitan Tunanetra, Band Autis Pertama di Dunia, Band Tunagrahita, Tunanetra Hafal 650 Lagu, Autis Hafal 250 Lagu, dan Autis Hafal Al-Qur’an. Rumah-rumah inspirasi tersebut siap menyebarkan virus inspirasi bagi siapa saja yang mengunjungi. Apakah Anda termasuk di antara mereka yang terinspirasi?

Yogyakarta, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar