Selasa, 28 Juni 2016

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Koran Merapi" edisi Jumat, 17 Juni 2016)


Genderuwo

wahai wanita
datanglah kemari

aku takut dihantui sepi
kepala lonjong, taringnya api,
seluruh tulang dibalut misteri,
kalau jalan tak sentuh bumi

hampir tiap malam
ia hajar tidurku hingga babak belur

akibatnya:
tampang mimpi amburadul
kerja hati biasa ngawur
masa muda yang kujaga
sukses kabur entah kemana

Malang, 2011


Permintaan Salsa

Bulan,
Salsa ingin lelap di sampingmu

Salsa kasihan
sebelas bulan selimut ibu
merawat ompol tanpa imbalan

Malang, 2011


Kolobendu

wahai manusia sekalian
dengar! dengar!
sebentar lagi ada bencana besar

gunung muntah-muntah
leher pohon patah
paman bumi berak
janda laut beranak

mulai sekarang
kita harus pandai-pandai
mengatur persiapan

untuk pengunjung gubuk bordil
lebih baik tingkatkan dzikir

bagi peminum teh wiski
ganti saja dengan cairan bergizi

buat penggandrung maksiat
saya sarankan banyak
mengonsumsi pil taubat

pada hari itu
hewan langka berkeliaran
makhluk aneh bertebaran
kalau kurang perbekalan
niscaya punggung kena tendang
pantat kita digigit sampai tumbang

wahai manusia
sebelum tiba masanya
mari sering-sering berdoa:
“moga nasib pahala sejahtera
 bulu dosa rontok semua
 besok mampus nyemplung surga”

Malang, 2011


Simbol

bintang nongkrong sendirian
menghisap rokok dalam-dalam
menikmati cobaan akhir pekan

sudah setahun ia
pacaran dengan bulan
dan sekarang cintanya
berbuah kehamilan

saking stresnya, akalnya kehabisan
: rahim bulan ditetaskan,
benih sayang dikorbankan,
atau nyawa pacar dibuang di selokan

akhirnya ia berhasil
menjumpai satu keputusan
: ekor cahaya dilepaskan
terus ia lempar di keranjang malam

dan seketika, wajah langit pucat
berita kepergian bintang begitu hangat

seantero angkasa hening
kepala hailintar ikut pusing

memang bintang adalah simbol keperkasaan
bagi mereka yang ingin kabur dari penderitaan


Malang, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar