Selasa, 03 September 2013

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Solo Pos" edisi Minggu, 1 September 2013)


Berani Gila

berani berarti mengeluhkan endapan nurani. di saat semua tertimpa tuli. kausimpan mimpi. kaubuang dengki. teriak demi kuak. bergerak melawan tamak. sungguh, kau manusia bersuara panjang. tak lihat petang, tak hirau siang. tetap saja mencuat garang.

ini, hari bersejarah. saat mendiamkan amarah. waktu mengikat lengah. buang jauh gelisah. sebab bunga suci akan merekah. hanya tersenyum. sekadar menebar harum. demi kau, manusia berwajah ranum.

kau begitu bersemangat. tak pernah malu berkucur keringat. darah memuncrat. nanah berhasrat. demi sebuah keputusan. yang mustahil digulirkan. tapi itu tak apa. aku yang jadi pembela. aku yang rela berhina. meski mereka: akhirnya, menyebut kita gila. gila untuk memberi. bukan untuk mencari.

Malang, 2009


Terima Kasih, Angin!

angin begitu riang. mendengar tangis sesenggukan. ia ceritakan kebodohan. ia obral semua kecongkakan. yang sengaja kita lakukan. sungguh, relamu membunuh pilu. sediamu mencekik kalbu. sebenarnya kami tak ingin kau gelisah. sekadar berpikir tentang kisah. yang lama terkunyah. meskipun kita sadar. kau tetap jadi sasar: membungkam pendar. mengubur ikhtiar.

angin begitu sendu. melihat beribu-ribu tandu. juga kepingan waktu. mengelilingi hati kita. yang selalu saja terluka. ia terawang bosan. ia bungkam si angan. pada seribu alasan. terima kasih, angin. kini kauhadiahkan cermin. guna mengubur dingin. yang telah lama menyelinap. di mata yang lindap. dan tertutup lanskap.

Bojonegoro, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar