Kamis, 28 Juni 2012

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Jawa Pos" edisi Minggu, 15 Januari 2012)


Katakan, Bulan

lekas katakan
bahwa cahaya
yang bergelantungan
di lehermu itu tiruan

Yogyakarta, 2011


Aku Menemukan Bulan

tengkurap di bibir selokan

Yogyakarta, 2011


Gembel

memang susah hidup begini
diam, gerak, pantas dicurigai

nemu rejeki dikira mencuri
obral puisi diciduk polisi

lebih enak pemburu mimpi:
muda bisa mandiri
tua berbesar hati
mati gali kubur sendiri

Jakarta, 2010


Satu yang Kupunya

kau punya sinar
                ku tak
kau punya besar
                ku tak
kau punya dengar
                ku tak
kau punya lebar
                ku tak
kau punya kejar
                ku tak
kau punya tegar
                ku tak
kau punya kekar
                ku tak
kau punya pintar
                ku tak
kau punya segar
                ku tak
kau punya tenar
                ku tak

namun,
ku punya benar
                kau tak

Malang, 2008


Indonesia

memang benar kata Eyang Uti
negeri kita ini: gemah ripah loh jinawi
bertanah subur setengah mati

bayangkan!
jika kayu kautancapkan
pohon singkong kelak kauketam

makanya, jangan terlalu menyalahkan
bila banyak orang punya hobi menanam

juga tak usah heran
bila tetangga bilang:
            “tanam saham, timbul penipuan
            tanam pajak, muncul penggelapan
            tanam hutan, lahirlah pembalakan
            tanam uang, jadi PNS gadungan”

karena itu, mulai sekarang kita berjanji:
melestarikan kebiasaan ini sepenuh hati
melaksanakannya hingga akhir hayat nanti
syukur-syukur bisa mewariskan tata caranya
kepada anak-turun tercinta

Yogyakarta, 2011


Teroris Sejati

tahun 2009 Paman Joni
tertangkap di luar negeri
dengan wajah awut-awutan
bulu kumis lumayan panjang
memakai celana warisan Mbah Ujang

penduduk kampung heran
kenapa paman terlibat aksi perampokan,
pemerkosaan, juga pengeboman di sana-sini
padahal ia dikenal sebagai pengangguran
yang baiknya setengah mati

saat diinterogasi, jawabnya sederhana sekali:
“aku cuma balas dendam kepada puisi
berbulan-bulan ia lupa memberiku nasi”

karena kesalahan terbukti
hakim menjatuhkan hukuman mati
paman begitu stres, ingin bunuh diri
tapi ia sadar, buat apa nyawa dihabisi
lha wong sebentar lagi kepalanya ditembak polisi

TV memberitakan
bahwa setiap malam LP Sikutang
kebanjiran keringat dan airmata
setelah diusut, ternyata itu ulah paman
yang ingin menjalankan taubat
menyesali dosa sewaktu di dunia

kehadiran paman menimbulkan suasana seru
para napi disibukkan dengan kerja baru:
sambil terharu, mereka kumpulkan cairan tubuh paman itu
memasukkannya dalam kuali, lalu menaruhnya dalam lemari

awalnya ada napi sakit gigi
yang iseng meminumnya
di luar dugaan, belum sehari
penyakit kabur dan tak mau kembali

berbondong-bondonglah napi lain menenggaknya
meneguk berbotol-botol hingga buncit perutnya
juga memoleskan ke gatal yang sudah lama dipelihara
luar biasa, segala penderitaan lenyap seketika

ketika masa eksekusi tiba
paman ditangisi seluruh penghuni penjara
mereka segera kehilangan tokoh yang selama ini dipuja
disebut-sebut nama serta segenap jasanya

paman keluar dari sel dengan wajah tenang
spanduk-spanduk mengucapkan:
“hidup pejuang! hidup pejuang!
selamat menempuh kehidupan
yang lebih dari kenyataan”

saat itu, aku masih ingat
sebelum berubah mayat
paman memeluk bokong emak begitu erat

Yogyakarta, 2011


Jilbab

membungkus aurat
meredam syahwat
menunda kiamat

sekaligus menahan
otak pacarmu dari maksiat
dan berpikir bejat

Malang, 2010


Ayu Ting Ting

akhir-akhir ini
nama adik melambung tinggi
ia didaulat sebagai penyanyi
bersuara merdu nan seksi
tanpa menyuguhkan ngebornya
penggemar sudah ngiler dibuatnya

saban hari
jutaan orang menaruh hati
mereka tergiur penampilannya
                        bokong asli Indonesia
                        tapi tampang berbau Korea
 
guna mengunyah mimpi
sementara, kuliah dipaksa berhenti
alasannya sukar ditolak logika:
            “kampus urung mengantar mahasiswa
            menjadi tokoh berguna bagi negara
            paling-paling cuma pengangguran ternama
            atau pejabat yang susah dipercaya”

hingga puisi ini tercipta
aku masih turut berbangga
sebab tarif adik makin menggila
beratus lipat dari gaji paman
yang berstatus buruh pendidikan
                        (nasib pantas dipertanyakan
                        13 bulan menunaikan persyaratan
                        janji sertifikasi belum juga diturunkan)

Adikku sayang
popularitas bisa kau perjuangkan
rupiah boleh kau kejar mati-matian
asal waktu sembahyang kau pelihara
firman Tuhan senantiasa kau baca
kehormatan orang tua tetap kau jaga

Yogyakarta, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar