Kamis, 28 Juni 2012

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Jawa Pos" edisi Minggu, 21 Agustus 2011)


Selamat Jalan, Pejuang

miskinmu akan terus kukenang

Yogyakarta, 2011


Ramadhan

maaf, Tuhan
puasaku sekadar latihan

Yogyakarta, 2011


Idul Fitri

maaf, matahari
celana cahaya di lemari
kupetik, kurenggut, guna menutupi
tubuh nasib yang telanjang berhari-hari

maaf, jabatan
enam tahun silam
harga dirimu tergadaikan
dengan harga yang lumayan ringan

maaf, kucingku
saat rumah diserang tamu
sanak keluarga juga menyerbu
kumanfaatkan daging paha dan ekormu

maaf, hutan
janinmu akan terus kugugurkan
demi menyambung kehidupan
yang kian lama kian suram

Yogyakarta, 2011


Balai Pertobatan

di sini bukan tempat memburu obat
tapi ajang mengunci ganda pintu maksiat

Malang, 2010


Tisu

bukan hasrat mengeringkan peluhmu
aku hadir guna mengusap cairan khilafmu
tetesannya sudah mengarah ke segala penjuru

Malang, 2010


Aku Adalah Tahi

aku itu manusia
manusia itu berpikir
berpikir itu otak
otak itu encer
encer itu air
air itu sungai
sungai itu panjang
panjang itu gerbong
gerbong itu gelap
gelap itu malam
malam itu sunyi
sunyi itu seram
seram itu hantu
hantu itu jijik
jijik itu tahi

jadi, aku adalah:
tahi yang berpikir

Malang, 2008


Pahlawan Durjana

jernihnya air tak secerah wajahmu
tegaknya tiang tak sewibawa tubuhmu
senyummu menggoda jiwa
marahmu membuat dunia rana

hampir saja,
ku lena dengan tampang sempurna
tanpa tahu isi dalam
badan halus bak bengkoang muda
membuat lirikan tertancap

peluit tiup selalu menghias bibir
pistol pusaka siaga di saku paha
rantai besi menambah
keperkasaan,
kejantanan

kau atur masyarakat dengan tiupan
kau usir bejat dengan pusaka sejati
kau tangkap jahat dengan besi utuh

hingga penyesalan mulai tampak
kekalutan merayap ke muka

kau tagih kami uang tunggakan
bayar salah lalu lalang,
pajak jalan,
tegakkan aturan

seribu umpat muncrat keluar
tujuh turunan tak sudi sapa
hingga kau ubah:
norma, etika

mungkin, kau pahlawan
bagi sanakmu
kau pejuang
untuk lambung dan ususmu

tapi, bagi kami
sang fakir mimpi
kau adalah mafia ulung
durjana sejati

Malang, 2008


Terus Terang, tapi…

terus terang kau tampan
                    tapi tak bermuka
terus terang kau kuat
                    tapi tak berotot
terus terang kau putih
                    tapi tak berkulit
terus terang kau tua
                    tapi tak beruban
terus terang kau kaya
                    tapi tak berduit
terus terang kau baik
                    tapi tak berhati
terus terang kau sopan
                    tapi tak beretika
terus terang kau hidup
                    tapi tak berjiwa
terus terang kau berotak
                    tapi otak udang

Malang, 2008


Untuk Puisiku

       punyaku berbatas
tapi, kataku tak terbatas

Malang, 2008


Curhat Gay

kubelai rambutku sendiri
kuremas dadaku sendiri
kujilat pantatku sendiri
kucium anuku sendiri
hanya tuk ungkapkan
suara hati:
"aku gay"

Malang, 2008


Bang, Hari Ini Saja

bang, kau tak kerja?
ku sudah lelah
mengemis depan mall,
                pinggiran trotoar
anakmu demam
ia harus diam
sehari saja

bang, ku ingin kau ikut kerja
jilat sepatu bos narkoba
tekuk lutut ke juragan bordil
bujuk mereka
pura-puralah menangis
jika kau tak bisa menangis

bang, hari ini saja
ku ingin kau juga ikut hina
besok tak usah
biar kau dapat belas kasih
atau secuil cemooh
dari mereka

kita tak butuh lauk
nasi saja sudah kenyang
kita butuh hina
tuk beli obat turun panas
biar besok ia bisa lagi kerja
kau tiduran tak apa

bang, hari ini saja
kau ikut hina
besok tak usah

Malang, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar