Kamis, 28 Juni 2012

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Radar Surabaya" edisi Minggu, 5 Februari 2012)


Aku & Matahari

aku dan matahari
melewati siang, menerjang angan
mematikan semua kelam
dan senyap

sebuah senja mengingatkanmu
padaku dan matahari
yang tak punya dekap
pada riang
dan kepingan rindu

anggap saja
aku dan matahari
membalut malam yang tua
dan gagang waktu
yang selalu patah
di setiap nyawa duka

ya, biarkan
aku dan dirinya
memburu bayang-bayang
sebelum pergi
tinggalkan terang

Malang, 2008


Terpesona

sebungkus daun biru
kauletakkan di atas
meja tidurku
dengan secarik kertas
pembuat manja

setelah terbangun,
kubuka
dan kuresapi
artinya

daun biru,
kertas kelabu
sebuah arti bagi
pelangi cinta
di sayap rerindu

mimpiku terkunyah
karena biduk sasar
lekuk relief dinding tubuhku
ternoda pendar bulan

moga hatiku
tak juga mati
dan terkulai lemas
tercium bau
sajak pahit candumu

Malang, 2008


Bertahan

jika ini hari yang redup
coba kauterangi
dengan seberkas mimpi

sesobek jalan
mengantarmu pada riang
dan kecupan malam

mungkin kita sudah lupa
dengan laut kenang

meski terasa anyir
hirup saja udara
di depan rumah
agar bisa rasakan
nyanyian alam

kita kembali pada
hari yang dulu
pernah hilang
diterkam sunyi
juga gigil harapan

Malang, 2009


Menjadi Dua

saat pohon besar
menggelepar
angin lirih mengalir
membawa berita
dari bunga kamboja
peliharaanmu

aku telah dewasa
seperti yang kau minta

ibarat tubuh
tak mau peluh
laksana buih
enggan berbenah

cintamu,
kini kubelah dua
satu untuk si jiwa
sisa bagi si sukma

Malang, 2009


Solilokui

ada darah di bajumu
itu
ada hitam di celanamu
itu
ada noda di topimu
itu
ada kotoran di sepatumu
itu

ada cair
dari rindu
yang membatu

ada onggokan sepi
pada dinding hati
yang kaucuri
                  - dariku -

Malang, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar