Kamis, 28 Juni 2012

Puisi_Riza Multazam Luthfy (Terbit di harian "Pikiran Rakyat" edisi Minggu, 12 Desember 2010)


Cermin

sampai saat ini
cermin tak mengerti
mengapa si majikan
sering kali menatap
       - matanya -

ia hanya
meratapi nasib
menyalahkan takdir
ketika banyak orang
menggunjing
dan menertawakannya

makin hari
makin banyak makian

makin lama
makin kerap siksaan

akhirnya
bosan juga ia
dengan kehidupan

pada malam
yang buta
ia beranikan diri
bertanya pada
wanita separuh baya
yang tampil menor
di depannya

: “wahai majikan!
sampai kapan kau
jadi pelayan?
apa hanya karena
uang yang mereka
selipkan di dadamu
kau menelantarkan
anak-anakmu?”

si majikan bungkam
ia malah terlihat mesra
dengan lipstiknya

dengan mematut-matutkan
wajahnya yang manis
ia pandangi cermin
dengan begitu sinis

Malang, 2010


Mata Karma

anakku berumur 3 tahun
suka mengucek matanya
katanya enak, nyaman
bisa bikin ketagihan

lama-lama
aku tak tahan
dengan tingkahnya
yang makin menggila
: suka mengobok-obok
mataku, mata kucing
dan mata ibunya

pada senin siang
kuajak dia refreshing
keliling-keliling
sampai ke rumah
dokter mata

dengan tergesa
kutanyakan penyakitnya

dengan enteng
dokter itu menjawab
keluh kesahku

: “ia normal kok,
hanya terkena karma!”

aku makin tak paham
dengan basa-basinya

“karma apa, dok?”

“dulu, ketika ia masih
dalam perut ibunya
kau suka mengucek
mata tetangga
yang sering mengintip
barang-barang mewah
yang kaucuri dari
istana negara”

“kok tahu, Dok?”

            “aku mantan tetanggamu
yang sekarang
jadi dokter mata!”

Malang, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar